Pengertian Bahasa Jepang Kasar


Bahasa Jepang Kasar Indonesia

Bahasa Jepang Kasar atau dalam bahasa Jepang dikenal sebagai “banchō kotoba” merupakan bahasa pengucapan kasar, vulgar, atau kadang-kadang dianggap sebagai bahasa penghinaan. Penggunaan bahasa ini dianggap tidak sopan, bisa mengganggu keharmonisan suatu kelompok, dan bisa berdampak buruk pada diri sendiri karena memperlihatkan kurangnya kesopanan dan rasa hormat pada orang lain.

Bahasa Jepang Kasar memiliki sejarah yang panjang dan sering dijumpai di dalam kebudayaan Jepang. Awal mula penggunaan bahasa ini adalah di kalangan gangster, pecandu alkohol, dan orang-orang yang tidak sopan. Namun, dengan semakin luasnya penggunaan bahasa Jepang Kasar di media, spesifiknya di manga, anime, dan game yang membahas dunia yang kasar dan canggung, maka penggunaannya pun semakin tersebar.

Penggunaan bahasa Jepang Kasar dalam obrolan sehari-hari adalah tidak dianjurkan. Bahasa ini seringkali dianggap tidak sopan, namun ada sekelompok orang yang sering menggunakan bahasa kasar sebagai bentuk pengungkapan diri. Teknik ini lazim dikenal sebagai “atori” atau bagian dari “kasokudō” (perilaku kasar). Namun, dalam konteks tertentu, seperti dalam lingkungan pertemanan dekat atau antara anggota band, bahasa kasar sering kali dianggap sebagai bentuk ekspresi kreatif dan bahkan menjadi simbol persahabatan dalam kelompok.

Penggunaan bahasa kasar dalam manga, anime, dan game yang tidak cocok dengan umur Anda atau dengan norma dan etika sosial sebuah negara harus dihindari. Banyak konten di media ini hanya cocok untuk orang dewasa atau yang sudah cukup umur. Selalu gunakan bahasa yang sopan dan kesantunan dalam kehidupan Anda sehari-hari, terlepas dari lingkungan dan situasi apa pun.

Penting untuk dicatat bahwa penggunaan bahasa Jepang Kasar yang tidak pantas atau dapat menyinggung perasaan seseorang merupakan tindakan penghinaan dan melanggar aturan sosial. Selalu ada risiko saat menggunakan bahasa kasar dalam obrolan sehari-hari, jadi pastikan Anda menggunakan bahasa yang sopan dan tetap menghargai perasaan dan martabat orang lain.

Sejarah Bahasa Jepang Kasar


Sejarah Bahasa Jepang Kasar

Bahasa Jepang Kasar adalah bahasa slang atau bahasa gaul yang biasa digunakan oleh orang-orang Jepang dalam kehidupan sehari-hari. Istilah ini bukan didasarkan pada kata-kata yang kasar atau menjurus pada hal yang negatif. Namun, bahasa Jepang Kasar lebih menekankan pada penggunaan kata-kata yang tidak formal, kasual, serta pengucapan yang agak cepat. Bahasa ini dapat ditemukan di berbagai media seperti film, dorama, manga, dan anime, sehingga sangat populer di kalangan muda dan penggemar Jepang.

Bahasa Jepang Kasar berasal dari tahun 1950-an hingga 1960-an setelah Perang Dunia II berakhir. Pada saat itu, Jepang masih dalam tahap pemulihan ekonomi dan politik setelah kekalahan mereka dalam perang tersebut. Orang-orang Jepang merindukan kebebasan dan perubahan setelah masa-masa sulit selama perang, termasuk perubahan dalam budaya dan bahasa.

Bahasa Jepang Kasar pertama kali muncul di kalangan remaja dan generasi muda pada saat itu. Mereka mengekspresikan keinginan mereka akan perubahan dengan menggunakan bahasa yang lebih tidak formal dan kasual. Bahasa Jepang Kasar mulai diterima dan digunakan secara luas oleh masyarakat Jepang pada tahun 1970-an dan 1980-an. Pada masa-masa tersebut, industri hiburan di Jepang mulai berkembang dan mangaka serta animator memasukkan bahasa Jepang Kasar ke dalam karya-karya mereka.

Bahasa Jepang Kasar tidak seperti bahasa standar yang digunakan dalam situasi formal seperti di dalam sekolah, kantor, atau di acara resmi lainnya. Bahkan di Jepang, penggunaan bahasa ini masih menuai kontroversi karena dianggap sebagai penggunaan bahasa yang tidak memadai dalam situasi tertentu.

Akan tetapi, penggunaan bahasa Jepang Kasar masih sangat populer di kalangan remaja dan generasi muda di Jepang. Ia dapat dibagi menjadi beberapa jenis bahasa yaitu:

1. Bōyomi-go (調子言葉)
Bōyomi-go adalah cara berbicara dalam bahasa Jepang Kasar yang merubah intonasi dan suara terdengar lucu dan menggemaskan. Bōyomi-go seringkali digunakan dalam situasi santai seperti ketika chatting, berkumpul dengan teman, atau dalam acara TV.

2. Gyaru-go (ギャル語)
Gyaru-go adalah bahasa slang yang digunakan oleh para remaja perempuan di Jepang. Istilah ini berkaitan dengan penampilan mereka yang mencolok seperti memakai riasan wajah yang over, aksesori yang banyak, serta gaya penampilan yang modis. Gyaru-go merupakan bentuk bahasa slang yang paling populer di kalangan remaja perempuan di Jepang.

3. Yankee-go (ヤンキー語)
Yankee-go adalah bahasa slang yang digunakan oleh para remaja yang suka berpenampilan kasar dan punk. mereka biasanya suka menggunakan kata-kata kasar, memeberontak, dan berkumpul di wilayah perkotaan.

Bahasa Jepang Kasar semakin berkembang dan banyak bercampur dengan budaya populer Jepang seperti anime, manga, dan film. Bahkan bahasa dalam anime seperti Naruto dan One Piece juga menggunakan bahasa Jepang Kasar. Oleh karena itu, belajar Bahasa Jepang Kasar dapat membantu orang untuk lebih dekat dengan budaya populer Jepang yang sedang populer di dunia saat ini.

Contoh Bahasa Jepang Kasar dalam Media Sosial


Contoh Bahasa Jepang Kasar dalam Media Sosial

Media sosial memang menjadi tempat yang sangat luas untuk berinteraksi dengan orang-orang dari berbagai belahan dunia, termasuk Jepang. Tak jarang di media sosial seperti Twitter, Line, atau Instagram, kita menemukan orang-orang yang menggunakan bahasa kasar dalam berbicara bahasa Jepang.

Bahasa kasar dalam bahasa Jepang biasanya digunakan dalam keadaan yang sangat emosional, atau ketika orang tersebut ingin menunjukkan keseganan dan kekuatan perilakunya. Namun, dalam keadaan-keadaan tertentu, penggunaan bahasa kasar dalam media sosial juga tak bisa dihindari.

Berikut adalah beberapa contoh bahasa Jepang kasar yang sering digunakan di media sosial:

  • “くたばれ!” (Kutabare!) yang artinya “Matilah!” atau “Hancurkanlah!”
  • “くそったれ” (Kusottare) yang artinya “hinaan rendah” atau “tolol”
  • “やばい” (Yabai) yang artinya “gila” atau “bahaya”
  • “くそったれ野郎” (Kusottare yarou) yang artinya “anak haram” atau “orang jahat”
  • “死ね” (Shine) yang artinya “Matilah!”

Untuk yang belum mengenal bahasa Jepang, kalimat-kalimat di atas terdengar sangat kasar dan negatif. Namun, dalam keadaan tertentu, kalimat-kalimat ini bisa diterima dan dianggap sebatas ungkapan emosi belaka.

Meskipun begitu, ada juga pengguna media sosial yang menganggap penggunaan bahasa kasar tersebut sebagai bentuk cyberbullying. Bagi mereka, bahasa kasar yang sering digunakan dalam media sosial justru menjadi suatu bentuk pelecehan dan tidak bisa dibenarkan.

Terlepas dari penggunaan bahasa kasar dalam bahasa Jepang, tetaplah penting untuk tetap menghormati orang lain di media sosial dan tidak menggunakan kata-kata atau kalimat yang dapat merendahkan orang lain. Selalu ingat bahwa kita tidak tahu dengan pasti apa yang sedang dilalui seseorang di belakang layar ponselnya. Jangan sampai ucapan kita dapat memperburuk keadaan yang sedang mereka hadapi.

Intinya, gunakan bahasa dengan tepat dalam media sosial dan hindari penggunaan bahasa kasar yang mungkin dapat merugikan orang lain. Terlebih lagi bagi pengguna bahasa Jepang, jangan takut bertanya dan belajar dari orang lain mengenai bahasa yang sahih dan sopan dalam budaya Jepang.

Dampak Penggunaan Bahasa Jepang Kasar pada Kehidupan Sosial


Bahasa Jepang Kasar Indonesia

Bahasa Jepang kasar memang sudah sangat terkenal di antara pemuda Indonesia. Banyak di antara mereka yang menggunakan bahasa tersebut di media sosial atau dalam percakapan sehari-hari. Walaupun di dalam upaya pencitraan diri sosial justru seringkali terjadi contoh di mana bahasa kasar menjadi isyarat dari kepercayaan dirinya, namun penggunaan bahasa kasar justru bisa mempengaruhi kehidupan sosial kita. Bahkan, dampak terburuk dari penggunaan bahasa Jepang kasar bisa menghilangkan rasa hormat satu sama lain. Lalu, apa saja dampak penggunaan bahasa Jepang kasar pada kehidupan sosial? Simak ulasannya di bawah ini!

Pembentukan Pribadi Yang Tidak Terkendali


Gambar Budaya Jepang Yang Kasar

Penggunaan bahasa Jepang kasar dapat menunjukkan rendahnya kemampuan seseorang untuk mengendalikan dirinya. Jika dalam kehidupan sehari-hari kita selalu menggunakan bahasa kasar, maka akan memberikan kesan bahwa kita tidak punya kesopanan dalam berbicara. Hal ini justru berdampak pada sosial kita, di mana kehidupan sosial bisa menjadi agresif dan mudah terlihat dangkal.

Keberagaman Budaya


Budaya Jepang

Bahasa Jepang kasar yang masuk ke Indonesia sejak tahun 2000-an memang sangat diakui banyak anak muda. Namun, sebenarnya Bahasa Jepang akan terlihat lebih baik jika kita menjadi penikmat kebudayaan Jepang secara keseluruhan. Hal tersebut juga akan mendukung keberagaman budaya Indonesia. Jika cara berkomunikasi kita terlihat dapat mencerminkan keberagaman budaya kita sebagai warga negara Indonesia, maka saling menghormati antara budaya Jepang dan budaya Indonesia akan terus muncul.

Pembuat Terasingan


Gambar Orang Terasing

Seperti yang kita ketahui, bahasa isyarat seringkali dipakai oleh orang-orang yang memiliki cacat pendengaran. Rasa terasing dan tidak diterima terkadang dirasakan oleh orang-orang yang ukuran dan tekanan sosial kelompok sekitarnya sangat rendah. Penggunaan bahasa Jepang kasar bisa menciptakan pembangkangan dan menghasilkan ketenangan sosial. Hal ini dapat mempengaruhi kehidupan sosial kita, di mana bisa membuat seseorang merasa terasing.

Tingkat Emosi yang Mudah Terbakar


Kesal Dan Tidak Sabar Gambar

Penggunaan bahasa Jepang kasar dapat menunjukkan ketidakpuasan terhadap suatu hal dan kurangnya kesabaran saat menghadapi masalah. Menggunakan bahasa kasar merupakan tanda kurangnya komunikasi yang baik antara satu sama lain. Hal ini akan menciptakan tingkat emosi yang mudah terbakar, di mana permasalahan bisa saja terjadi dan akan membuat hal yang sederhana menjadi rumit.

Tidak Ada Peran Model Positif


Gambar Orang Positif

Penggunaan bahasa kasar menjadi sinyal bahwa kita tidak mempunyai model positif dalam kehidupan sosial. Tanpa peran model positif atau teladan, orang-orang yang kurang pengertian akan menjadi sangat mudah terpengaruh. Jika kita tidak bisa menjadi panutan bagi anak muda, maka anak muda tersebut akan lebih mudah dikuasai oleh pengaruh negatif lainnya.

Kesimpulannya, penggunaan bahasa Jepang kasar dapat berdampak besar pada kehidupan sosial. Bahasa kasar dapat mengurangi rasa hormat satu sama lain, dan menciptakan kehidupan sosial yang agresif. Tidak hanya itu, bahasa kasar juga dapat menciptakan lingkungan yang terasingkan dan bahkan mengganggu kesehatan mental seseorang.

Cara Menghindari Penggunaan Bahasa Jepang Kasar dalam Berkomunikasi


Cara Menghindari Penggunaan Bahasa Jepang Kasar dalam Berkomunikasi

Bagi mereka yang belajar bahasa Jepang, tentu saja penting untuk tidak hanya belajar tentang kata-kata dan tata bahasa yang tepat, tetapi juga cara menghindari penggunaan bahasa kasar yang dapat menyebabkan Anda tidak dihargai oleh rekan kerja atau masyarakat setempat. Seiring berkembangnya dunia online, banyak orang Indonesia juga belajar cara berkomunikasi dalam bahasa Jepang. Namun, beberapa penggunaan kata dalam bahasa Jepang tidak pantas digunakan dalam situasi formal atau santai. Berikut ini adalah beberapa cara untuk menghindari penggunaan bahasa Jepang kasar dalam berkomunikasi:

1. Gunakan Bahasa yang Pantas dalam Situasi Formal

Bahasa formal adalah salah satu cara untuk memastikan bahwa Anda tidak menggunakan kata-kata kasar dalam komunikasi dengan rekan kerja atau orang yang lebih tua. Pada dasarnya, bahasa formal ini digunakan untuk menyapa orang yang tidak dekat dan pada situasi resmi. Dalam bahasa Jepang, bahasa formal dikenal sebagai keigo. Penting untuk mempelajari dan menggunakan keigo dengan baik agar dapat menghindari penggunaan bahasa kasar dalam situasi formal.

2. Hindari Kata-kata Kasar

Terkadang, kita barangkali tidak sengaja menggunakan kata-kata kasar dalam bahasa Jepang karena kurangnya pemahaman tentang bahasa tersebut. Namun, dengan hati-hati, kita dapat menghindari kata-kata seperti chikusho dan kuso yang merupakan kata-kata kasar dalam bahasa Jepang. Jika kita tidak yakin tentang arti kata tersebut, lebih baik hindari menggunakan frasa seluruhnya. Penting juga untuk tidak menggunakan kata kasar ketika kita sedang marah.

3. Gunakan Istilah yang Tepat dalam Situasi yang Sesuai

Tidak semua istilah dalam bahasa Jepang cocok untuk digunakan pada situasi tertentu. Sebagai contoh, ada beberapa kata yang digunakan hanya pada situasi tidak resmi atau santai, seperti kata-kata yang digunakan di anime atau manga. Sebelum menggunakan kata-kata itu, lebih baik Anda memperhitungkan situasi yang tepat. Hal ini berguna untuk memastikan Anda tidak menggunakan kata-kata yang tidak tepat atau menyebabkan kesalahpahaman dalam komunikasi.

4. Pelajari Budaya dan Norma Sosial Jepang

Pelajari konteks dalam budaya Jepang, terutama ketika datang ke etika dan norma sosial. Jangan mengira bahwa Anda memahami seluruh norma Jepang karena sudah paham bahasa. Lebih baik memperhatikan ekspresi wajah, tingkah laku dan bahasa tubuh dalam komunikasi. Dalam situasi formal, pastikan bahwa Anda mengikuti prosedur standar dan tidak membuat kesalahan yang dapat merusak kesan Anda pada orang-orang di sekitar.

5. Pelajari Bahasa Jepang yang Ini Sehat dan Bertanggung Jawab

Bahasa Jepang Kasar

Terakhir, belajarlah berkomunikasi dengan bahasa Jepang yang sehat, menghindari penggunaan kata-kata yang kasar dan mematuhi kesopanan dan etika. Bahasa kasar tidak hanya dapat merusak reputasi Anda tetapi juga dapat menyebabkan konflik dan dihormati pihak lain. Pelajari bahasa dengan tidak hanya melihat kata-kata dan tata bahsa tetapi juga memperhatikan cara menggunakannya dengan tepat.

Kesimpulannya, ketika berkomunikasi dalam bahasa Jepang, sangat penting untuk menghindari penggunaan bahasa kasar. Hindari kata-kata yang tidak pantas, gunakan bahasa formal dalam situasi formal, dan pelajari budaya dan norma sosial Jepang untuk menghindari kesalahan. Akhirnya, belajarlah menggunakan bahasa Jepang yang sehat dan bertanggung jawab yang dapat membangun hubungan yang baik dengan masyarakat setempat.

Iklan