Struktur Bahasa Jepang


Struktur Bahasa Jepang

Bahasa Jepang memiliki struktur yang cukup unik dan berbeda dengan bahasa lainnya. Dalam bahasa Jepang, tidak ada perbedaan antara kata benda dan kata kerja atau kata sifat. Yang membedakan hanya huruf-huruf yang mengikuti kata tersebut. Adapun tata bahasa Jepang yang perlu diperhatikan, yaitu:

  • Subjek, objek, dan predikat
  • Pertanyaan
  • Partikel
  • Kalimat tanya

Subjek, objek, dan predikat dalam bahasa Jepang tidak berbeda antara bentuknya. Dalam sebuah kalimat, penghubung subjek-objek-predikat diwakili oleh partikel “wa (は)” untuk subjek dan “o (を)” untuk objek. Contoh kalimat: “watashi wa sushi o tabemasu (私はすしを食べます)”, yang artinya “Saya makan sushi”. Kata ganti “watashi (私)” berfungsi sebagai subjek, “sushi (すし)” sebagai objek, dan “tabemasu (食べます)” sebagai predikat.

Dalam tata bahasa Jepang, pola kalimat tanya dalam bahasa Jepang, yaitu menggunakan bentuk partikel “ka(か)” yang ditempatkan pada akhir kata. Partikel “ka” ini tidak selalu harus ditambahkan, tetapi beberapa kata keterangan seperti “naze (なぜ)” (kenapa) ataupun “dare (誰)” (siapa) membutuhkan partikel “ka”. Contoh kalimat: “anata wa nihonjin desu ka? (あなたは日本人ですか?)” yang artinya “Apakah Anda orang Jepang?”. Kata “anata(あなた)” berfungsi sebagai subjek, “nihonjin (日本人)” sebagai objek, dan “desu ka (ですか)” sebagai predikat kata tanya.

Partikel adalah unsur bahasa penting dalam bahasa Jepang. Ada beberapa partikel dalam bahasa Jepang yang digunakan untuk mengubah makna suatu kata dalam kalimat. Beberapa contoh partikel yang penting dalam bahasa Jepang, yaitu:

  • “wa(は)” digunakan untuk menunjukkan subjek kalimat
  • “ga(が)” digunakan untuk menunjukkan subjek yang ditonjolkan dalam kalimat
  • “o(を)” digunakan untuk menunjukkan objek kalimat
  • “no(の)” digunakan sebagai penghubung antara dua kata sifat atau kata benda
  • “ni(に)” digunakan sebagai penghubung antara kata kerja dan objeknya

Untuk membuat kalimat tanya dalam bahasa Jepang, biasanya ditandai dengan bentuk akhir suatu kalimat. Ada dua bentuk akhir kalimat yaitu “ka” dan “ne”. “Ka” digunakan untuk bertanya dan “ne” digunakan sebagai ajakan atau mengajukan pendapat agar mendapat respon dari lawan bicara. Contoh kalimat tanya dengan partikel “ne” adalah “kono hon wa omoshiroi ne? (この本は面白いね?)” yang artinya “Apakah buku ini menarik?”.

Hiragana, Katakana, atau Kanji?


Hiragana

Bahasa Jepang memiliki 3 jenis huruf, yaitu hiragana, katakana, dan kanji. Saat kita belajar bahasa Jepang, kita akan sering bertemu dengan ketiga jenis huruf ini. Namun, pertanyaannya adalah: apakah kita harus mempelajari ketiganya dengan rata-rata, ataukah sebaiknya fokus pada salah satu saja?

Jawabannya sebenarnya tergantung tujuan belajar kita. Jika tujuan kita adalah untuk bisa membaca teks Japan, maka kita harus bisa membaca ketiga jenis huruf ini, karena teks bahasa Jepang akan mencampurkan ketiganya. Namun, jika tujuan kita hanya untuk berbicara, kita tidak perlu terlalu fokus pada Kanji. Itu sebabnya, dalam memilih fokus, kita harus menyesuaikan dengan kriteria.

Hiragana dan Katakana, dalam dasarnya, adalah huruf yang menggunakan koneksi dengan Kanji, sehingga mereka lebih mudah dipelajari, dibandingkan Kanji. Kedua huruf ini memiliki aturan dan nada pengucapan yang berbeda, dan juga memiliki simbol yang terlihat berbeda. Katakana pada dasarnya digunakan untuk menuliskan kata-kata asing, seperti kata-kata Inggris atau kata-kata yang diambil dari nama asing seperti bangunan, kendaraan, makanan, dan lain-lain. Hiragana pada dasarnya digunakan untuk penulisan kata-kata bahasa Jepang, dan bacaan belajar dasarnya.

Oleh karena itu, jika tujuan belajar kita adalah hanya untuk membaca teks Jepang, kita cukup fokus pada mempelajari Hiragana dan Katakana. Namun, jika kita ingin lebih memahami budaya Jepang atau ingin mempelajari lebih dalam bahasa Jepang, kita harus mempelajari Kanji.

Kanji pada dasarnya adalah bentuk huruf yang kompleks, terdiri dari garis-garis dan simbol tertentu. Ada ribuan Kanji, dan kunci untuk mempelajari Kanji adalah memahami arti dan makna dari masing-masing simbol. Dalam mempelajari Kanji, kita perlu banyak melatih teori perbedaan penerapannya dan aplikasinya di dalam teks Jepang. Jika kita ingin memahami tabel tanji dan sejarahnya dan menerapkan untuk meningkatkan kemampuan menulis dalam bahasa Jepang.

Dalam memilih fokus, perlu diperhatikan juga bahwa Hiragana dan Katakana merupakan dasar dari pembelajaran bahasa Jepang, jadi pastikan Anda memahaminya terlebih dahulu sebelum mempelajari kanji. Jadi, sebaiknya fokus pada Hiragana dan Katakana terlebih dahulu sebelum memulai mempelajari Kanji.

Jepang Dialek: Kansai-ben dan Miyazaki-ben


Kansai-ben dan Miyazaki-ben

Bahasa Jepang memiliki banyak bahasa dialek yang tersebar di berbagai daerah di Jepang. Salah satu di antaranya adalah Kansai-ben dan Miyazaki-ben. Kansai-ben banyak dipakai di wilayah Kansai seperti Osaka, Kyoto, dan Kobe. Sementara itu, Miyazaki-ben adalah bahasa dialek yang digunakan di Prefektur Miyazaki di pulau Kyushu. Kedua dialek ini memiliki karakteristik dan kosakata yang berbeda dengan bahasa Jepang standar.

Kansai-ben memiliki ciri khas yang sangat kental, terutama dalam pengucapan dan logat. Salah satu kata yang sering digunakan dalam Kansai-ben adalah “teme”, yang artinya adalah “kamu” dalam bahasa Jepang standar. Namun, kata “teme” dalam Kansai-ben memiliki konotasi yang berbeda dan sering dipakai dalam konteks yang kasual dan akrab. Selain itu, kata-kata yang diakhiri dengan bunyi “ho” atau “po” sering digunakan dalam Kansai-ben. Misalnya kata “daisuki” (sangat suka) dalam Kansai-ben diucapkan “daisukippo”.

Selain itu, ada juga banyak kosakata dan ungkapan yang khas dalam Kansai-ben. Misalnya, kata “onnaji” (sama) dalam Kansai-ben diucapkan “onjya”. Kata “omae” (kamu) dalam Kansai-ben diucapkan “oma”. Ungkapan “chau” (tidak akan) dalam bahasa Jepang standar diucapkan “chaee” dalam Kansai-ben. Beberapa ungkapan Kansai-ben juga sering disebut dalam budaya populer, seperti kata “okini” (terima kasih) atau “hanami” (menikmati bunga sakura).

Sementara itu, Miyazaki-ben juga memiliki karakteristik yang unik. Logat Miyazaki-ben secara umum dianggap cukup halus dan sopan, namun ada beberapa kata yang memiliki kosakata yang sangat berbeda dari bahasa Jepang standar. Misalnya, kata “sakura” (bunga sakura) dalam Miyazaki-ben diucapkan “cherry” dengan logat Inggris. Kata “ganbaru” (bertahan) dalam Miyazaki-ben diucapkan “gengen” dengan pengucapan yang lumayan berbeda.

Di samping itu, Miyazaki-ben juga memiliki kosakata yang hanya digunakan dalam bahasa dialek tersebut. Misalnya, kata “shicha” yang artinya “baik-baik saja” atau “dou-kayo” yang artinya “bagaimana kabarmu?” adalah beberapa kosakata yang khas dalam Miyazaki-ben. Biasanya, penduduk asli Pulau Kyushu sering mengenal kosakata ini, meskipun orang Jepang lain juga kadang menggunakannya.

Secara keseluruhan, bahasa dialek Jepang merupakan warisan budaya yang sangat menarik dan dapat memperkaya pengalaman belajar bahasa Jepang. Walau sulit bagi para pemula untuk memahami dan berbicara menggunakan bahasa dialek ini, namun mengetahui karakteristik dan kosakata dasarnya tentunya dapat membuka wawasan kita tentang keragaman budaya dan bahasa di Jepang.

Pengaruh Bahasa Inggris dalam Bahasa Jepang


Bahasa Inggris dan bahasa jepang

Bahasa Inggris adalah bahasa yang banyak dipakai di seluruh dunia, termasuk di negara Jepang. Kehadiran bahasa Inggris di Jepang sudah dimulai sejak abad ke-16 saat pedagang Inggris datang ke Jepang dan membawa bahasa mereka bersama mereka. Sejak saat itu, bahasa Inggris terus mempengaruhi bahasa Jepang.

Saat ini, bahasa Inggris masih terus mempengaruhi bahasa Jepang melalui banyak aspek kehidupan sehari-hari. Salah satu aspek penting yang banyak terpengaruh adalah dunia bisnis. Kebutuhan akan bahasa Inggris di dunia bisnis membuat banyak istilah-istilah bahasa Inggris digunakan dalam bahasa Jepang. Istilah-istilah ini kemudian tidak hanya digunakan dalam dunia bisnis, tetapi juga digunakan di kehidupan sehari-hari.

Contohnya adalah istilah “meetings” yang dalam bahasa Jepang menjadi “ミーティング (miitingu)” dan istilah “presentation” yang dalam bahasa Jepang menjadi “プレゼンテーション (purezenteshon)”. Selain itu, bahasa Inggris juga mempengaruhi struktur kalimat dalam bahasa Jepang. Saat ini, banyak kalimat dalam bahasa Jepang yang menggunakan struktur seperti bahasa Inggris.

Tidak hanya itu, bahasa Inggris juga mempengaruhi pengucapan bahasa Jepang. Banyak kosakata dalam bahasa Jepang yang diucapkan dengan pengucapan ejaan bahasa Inggris. Contohnya adalah kosakata “vegetable” yang dalam bahasa Jepang diucapkan sebagai “ベジタブル (bejitaburu)” dan kosakata “convenience store” yang dalam bahasa Jepang diucapkan sebagai “コンビニエンスストア (konbiniensu sutoa)”. Hal ini terjadi terutama karena pengaruh media seperti film dan musik barat yang banyak ditonton dan didengarkan oleh masyarakat Jepang.

Trend bahasa Inggris juga memengaruhi pembelajaran bahasa Jepang. Saat ini, banyak sekolah di Jepang yang memberikan pembelajaran bahasa Inggris sebagai bahasa kedua. Ini membuat siswa-siswa lebih mengenal istilah-istilah bahasa Inggris dan dapat menggunakannya dengan baik dalam bahasa Jepang. Saat ini juga banyak bahan pembelajaran bahasa Jepang yang menggunakan kosakata-kosakata bahasa Inggris, sehingga pembelajaran bahasa Jepang menjadi lebih mudah.

Namun, adanya pengaruh bahasa Inggris dalam bahasa Jepang tidak selamanya positif. Penggunaan kata-kata dalam bahasa Inggris tanpa pemahaman yang benar dapat menyebabkan kesalahpahaman terhadap makna kata tersebut. Hal ini terjadi karena banyak kata dalam bahasa Inggris yang memiliki makna bergantung pada konteks. Selain itu, pengaruh bahasa Inggris juga dapat merusak kekhasan bahasa Jepang sendiri.

Secara kesimpulan, bahasa Inggris memiliki pengaruh yang besar dalam bahasa Jepang, terutama dalam dunia bisnis dan pengucapan kosakata bahasa Jepang. Pengaruh ini terjadi karena kebutuhan akan bahasa Inggris di berbagai bidang, terutama di era globalisasi saat ini. Meskipun ada efek negatif dari pengaruh bahasa Inggris, tetapi pengaruh ini tetap berperan dalam perkembangan bahasa Jepang.

Perbedaan Bahasa dan Budaya dalam Bahasa Jepang


Bahasa Jepang dan Budaya Indonesia

Bahasa Jepang dan budaya Indonesia adalah dua hal yang sangat berbeda. Bahasa Jepang memiliki tata bahasa dan kosakata yang berbeda dengan bahasa Indonesia. Di sisi lain, budaya Jepang memiliki norma dan nilai yang berbeda dengan era globalisasi era modern. Berikut adalah beberapa perbedaan bahasa dan budaya dalam Bahasa Jepang.

1. Bahasa

Bahasa Jepang

Bahasa Jepang memiliki beberapa perbedaan signifikan dibandingkan bahasa Indonesia. Pertama, bahasa Jepang memiliki tiga abjad kana, yaitu hiragana, katakana, dan kanji. Hiragana dan katakana digunakan untuk menulis kata-kata yang berasal dari bahasa Jepang, sedangkan kanji adalah karakter China yang digunakan untuk menuliskan kata-kata yang berasal dari bahasa Mandarin.

Kedua, tata bahasa bahasa Jepang juga berbeda dengan bahasa Indonesia. Bahasa Jepang tidak memiliki tata bahasa subjek-predikat-objek seperti bahasa Indonesia, melainkan memiliki urutan kata yang bervariasi tergantung konteks kalimatnya.

2. Patung Pohon Khas Jepang

Patung Pohon Khas Jepang

Budaya Jepang sangat menghargai alam dan keberadaan makhluk hidup. Hal ini terlihat dari adanya patung pohon khas Jepang, yaitu Jizou yang dianggap sebagai pelindung anak-anak.

Patung-patung tersebut biasanya diletakkan di dekat pohon-pohon tertentu yang dianggap khusus dan dihormati oleh penduduk setempat. Budaya Jepang ini berbeda dengan di Indonesia yang cenderung lebih mengelompokkan patung-patung berdasarkan agama, seperti patung Dewa atau pemuka agama tertentu.

3. Izakaya

Izakaya

Izakaya adalah restoran kecil yang sangat populer di Jepang. Restoran ini menyediakan makanan ringan dan minuman sehingga menjadi tempat yang nyaman untuk bersosialisasi dengan teman-teman.

Di Indonesia, ada beberapa restoran yang serupa dengan konsep Izakaya seperti Warung Tintin di Jakarta. Namun, di Indonesia lebih cenderung memiliki konsep yang lebih santai dan tidak terlalu menekankan pada konsep sosial seperti di Jepang.

4. Kebun Ritsurin

Kebun Ritsurin di Jepang

Kebun Ritsurin adalah sebuah taman yang indah di Jepang dengan pemandangan yang luar biasa. Taman ini merupakan tempat yang ideal untuk berjalan-jalan santai dan menikmati indahnya pemandangan alam.

Di Indonesia ada beberapa tempat wisata yang menyerupai konsep taman seperti taman mini Indonesia Indah di Jakarta, Taman Bunga Nusantara di Cisarua, Bogor. Namun, tetap berbeda dengan kebun Ritsurin di Jepang yang terkenal karena keindahan tanah dan air.

5. Karaoke

Karaoke

Karaoke adalah kegiatan yang sangat digemari di Jepang dan telah menjadi salah satu simbol budaya Jepang. Di Indonesia, budaya karaoke juga memiliki tempat khusus yang telah menjadi favorit keluarga Indonesia seperti Inul Vizta, Nav, dan masih banyak lainnya.

Namun, di Jepang kegiatan karaoke merupakan hal yang serius dan dirayakan, bahkan ada kompetisi-kompetisi karaoke tingkat nasional yang digelar.

Kesimpulannya, Bahasa Jepang dan budaya Jepang sangat berbeda dengan bahasa dan budaya Indonesia. Masing-masing memiliki keunikan dan perbedaan yang tidak dapat dicampur adukkan. Namun, dengan lebih mengenal kedua budaya tersebut, kita bisa menambah pengetahuan dan menghargai keanekaragaman budaya yang ada di dunia.

Iklan