Waspadai Ciri Ciri Keluarga Bermasalah Berikut Ini!

 

Ciri ciri keluarga bermasalah penting untuk dijadikan referensi dalam berumah tangga. Tujuannya, setiap pasangan lebih siap saat menghadapi konflik dan berusaha mencari solusi yang tepat. Masing-masing pasangan ingin keluarga yang dibina aman damai. Namun faktanya, membina rumah tangga tidak mudah.

Ada faktor dari dalam dan dari luar yang menyebabkan konflik rumah tangga dan menyebabkan kondisi keluarga tidak harmonis. Yakin keluarga Anda baik-baik saja? waspadai ciri ciri keluarga bermasalah berikut ini!

1. Memiliki Pasangan Neurosis “Antipria”

Apa itu neurosis? Neurosis tersusun dari dua kata pembentuk, yaitu neuron yang berarti saraf dan osis yang berarti penyakit. Neurosis secara bahasa berarti penyakit saraf. Saat ini, neurosis diartikan sebagai gangguan mental yang berdampak pada sebagian kecil kepribadian individu. Seseorang yang mengalami penyakit ini tidak perlu perawatan khusus, dan bisa melakukan pekerjaan sehari-hari dengan baik.

Kembali lagi pada pokok bahasan, apa itu neurosis “antipria”? Ini adalah sebutan untuk wanita yang merasa puas dengan selalu memprotes apapun yang dikatakan suaminya. Kehidupan pernikahan yang dijalaninya tidak lepas dari persaingan dan agresivitas. Saat diberi tau atau dikritik bahwa si istri ingin mendominasi suami, dia tidak akan mengakuinya karena gengsi.

Suami dari wanita tipe ini kerap kali berkomentar bahwa istrinya tidak menghiraukan apakah dirinya sudah berstatus sebagai istri atau belum. Anak tidak menjadi prioritas karena semua itu hanya akan menganggu karirnya. Seringkali, tipikal wanita ini mengalami frigiditas atau masih perawan. Pernikahan yang dilakukan bertujuan untuk memenuhi tugas alamiah individu semata.

Singkatnya, wanita dengan kepribadian neurosis “antipria” menjadi pemicu ciri ciri keluarga bermasalah. Mereka suka mendominasi, gemar memprotes, fokus karir, dan tidak tertarik dengan kehadiran anak.

2. Memiliki Pasangan yang Tidak Stabil

Istri tipe ini kerap kali mengeluhkan kesehatan fisiknya. Ini adalah perwujudan dari konflik batin yang sukar didefinisikan. Walau begitu, saat diyakinkan bahwa yang bersangkutan dalam keadaan sehat, mereka tidak mau mengakuinya. Konflik batin tersebut susah diucapkan namun diungkapkan dalam bentuk keluhan fisik. Mungkin karena ada sesuatu yang disembunyikan.

Tipikal wanita yang tidak stabil terus menerus dihantui perasaan takut, panik, dan gugup. Secara fisik mereka lemah dan kadang-kadang mual. Satu saat mereka tertawa sangat keras, tiba-tiba menangis dan bahkan pingsan. Bagaimana perasaan suami hidup dengan tipe istri seperti ini? Anda bisa jawab sendiri.

3. Memiliki Pasangan dengan Penampilan Diri Sebagai Prioritas

Apa salahnya saat wanita ingin berpenampilan cantik dan melakukan perawatan? Tidak ada yang salah. Dikata salah jika prioritas istri hanyalah penampilan fisiknya saja dan bukan masalah rumah tangga atau bahkan suaminya.

Tipe istri seperti ini betah berlama-lama di depan cermin, gemar pergi ke salon, sering melakukan perawatan tubuh dari ujung rambut hingga ujung kaki. Dia tidak bertanggung jawab pada kehidupan seksualnya, anak-anaknya, dan juga suaminya. Apa yang ada dalam pikirannya hanyalah penampilan fisiknya saja. Kalaupun dia tidak cantik, dia selalu memperhatikan penampilannya.

Kepribadian aneh ini muncul bukan tanpa sebab. Sejak kecil mereka sering di puji orang sekelilingnya dan di manja keluarganya. Saat terjadi konflik rumah tangga, mereka akan pulang ke rumah orang tuanya. Mereka menjadi biang ketidakberesan dalam rumah tangga karena tidak cakap dalam mengatur rumah tangga. Sifatnya kekanak-kanakan dan ingin di manja suaminya saja. Menjadi dewasa adalah hal berat sehingga mereka ingin seperti anak kecil saja.

Kali pertama melihat wanita cantik dan rajin perawatan memang menyenangkan. Namun jika kecantikan itu menjadi penyebab tidak beresnya rumah tangga, si suami menjadi pusing dan tidak menemukan kenyamanan. Ciri ciri keluarga bermasalah karena pasangan yang kekanak-kanakan selesai jika si istri bersedia mengubah karakternya.

4. Memiliki Pasangan Maskulin Agresif

Suami dengan karakter pribadi maskulin agresif ada yang bersifat positif dan ada yang negatif. Dikata positif karena pria tipe ini memiliki kemampuan sosial yang baik, mudah bergaul dengan siapapun dan adaptatif. Dia paham situasi dan kondisi. Tahu kapan harus diam dan kapan harus berkata benar di saat yang tepat.

Pribadinya percaya diri, dinamis, dan progresif. Tidak senang mendominasi istri dan istripun tidak merasa diperbudak olehnya. Dirinya merencanakan sesuatu untuk kepentingan bersama, tidak temperamental, dan tidak gemar berdebat. Sesekali ia memberikan pujian pada istrinya, ingat tanggal pernikahan, dan merayakannya. Saat ada dia, suasana keluarga menjadi hangat.

Dirinya tidak keberatan meng-iya-kan ungkapan istri bahwa ada jasa istri di balik kesuksesannya itu. Kehidupan seksual? Puas tanpa batas. Pria tipe ini menghargai wanita dari segala sisi dan memiliki rasa humor tinggi. Meski suami Anda hanya memiliki setengah dari kesempurnaan diatas, keluarga lumayan harmonis apalagi jika didukung kepribadian istri yang penuh kasih sayang.

Ciri ciri keluarga bermasalah muncul saat suami memiliki kepribadian maskulin agresif yang sifatnya negatif. Pria tipe ini cenderung egois dan suka menuntut. Istri harus mengikuti keinginanya, memuaskan hasrat seksualnya, dan berpandangan bahwa kegiatan istri hanya berkutat pada wilayah domestik semata.

5. Memiliki Pasangan Pasif Sedikit Feminin

Pasangan pasif sedikit feminin ada yang positif dan ada yang negatif. Dikata positif jika kelompok ini memilih diam daripada bertengkar, memuji daripada menyalahkan, dan mudah beradaptasi dengan berbagai tipe istri, baik yang penurut atau ambisius sekalipun.

Sayangnya, tidak semua wanita suka pada pria yang cenderung lurus dan tanpa konflik. Apalagi jika kepribadian itu didukung dengan sifat manja dan tidak tegas. Femininitas ini berdampak pada kehidupan seksual pasangan, saat berhubungan kerap kikuk, pasif, dan tidak bergairah. Tipe wanita pintar suka pada lelaki yang tidak berlindung di “bawah ketiak” ibunya. Baginya, suami yang pasif agak feminin sangat membosankan dan tidak ada tantangan. Ciri ciri keluarga bermasalah ini tidak akan selesai tanpa adanya komunikasi dan keinginan untuk memperbaiki diri.

6. Muncul Tanda-tanda Mengalami Kekerasan Emosional

Kekerasan tidak hanya fisik, tetapi juga emosional. Kekerasan emosional berpengaruh pada kepribadian korbannya, seperti tidak berdaya, hilang harapan, muncul perasaan rendah diri dan tidak bisa keluar dari kungkungan pelaku kekerasan. Korban merasa tidak ada orang lain yang menyayanginya kecuali subyek kekerasan itu.

Gejala gangguan mental yang dialami adalah gangguan tidur, depresi, dan gangguan makan. Tidur terganggu karena perasaan was-was terus-menerus. Tanda-tanda emosional yang melekat pada korban kekerasan dan menjadi ciri ciri keluarga bermasalah adalah rendah diri, cemas, dan rasa takut berkepanjangan.  Korban kehilangan semangat menjalani kegiatan sehari-hari, bahkan melakukan percobaan bunuh diri.

7. Mendadak Pendiam dan Suka Menyendiri

Kerabat atau teman Anda menjadi pendiam dan suka menyendiri? Jika ini bukan kebiasannya, berarti ada yang salah dengan kehidupan pribadinya. Anda perlu curiga saat mereka yang semula riang mendadak diam, menarik diri dari interaksi sosial, lebih suka di rumah, dan bahkan memutus kontak dengan orang-orang terdekatnya. Atau, teman kerja Anda mendadak membatalkan janji dan sering telat kerja akhir-akhir ini. Saat ditanya kehidupan pribadinya, mereka memilih diam, mengalihkan pembicaraan, atau berkilah keluarganya baik-baik saja.

8. Muncul Tanda-tanda Ketakutan

Seseorang mungkin tidak secara langsung menyatakan bahwa dirinya mengalami kekerasan fisik dalam rumah tangganya. Namun, dia memilih padanan kata yang halus untuk menyebut pelaku kekerasan  itu, seperti dengan sebutan moody atau mudah marah. Dia berkata pasangannya lebih emosional setelah konsumsi minuman keras dan menggunakan obat-obatan terlarang. Dia tidak nyaman saat jauh dari rumah, terlihat  kikuk dan malu saat berinteraksi di depan Anda. Dirinya terlihat cemas dan seringkali berusaha menyenangkan pasangannya. Saat bersama pasangan, mereka tampak takut dan tidak berdaya mengambil keputusan.

9. Ada Tanda-tanda Dikendalikan

Korban kekerasan rumah tangga menyerahkan kendali kehidupannya pada pelaku kekarasan tersebut. Dia seringkali khawatir saat bepergian dan tidak berani mengambil keputusan. Apapun yang dilakukan, mereka selalu meminta izin pasangan. Korban tidak transparan jika ditanya mengenai perlakuan pasangannya. Mereka cenderung menutupi dan menyebut pasangannya “posesif” atau “cemburu”.

Pelaku kekerasan mengendalikan aspek lain, seperti keuangan dan hubungan sosial pasangan. Korban berdalih apa yang dilakukan pasangannya itu dikarenakan keuangan keluarga harus diperhitungkan secara matang agar pengeluaran terkontrol. Pelaku kekerasan kerap menuduh korban memiliki hubungan lain. Korban memilih menyembunyikan perilaku pasangannya dan beralasan keluarga dalam kondisi baik.

10. Komunikasi Berkurang

Tujuan komunikasi keluarga adalah untuk menghindari salah paham dan menyamakan persepsi suami istri. Komunikasi perlu di evaluasi untuk memastikan kondisi keluarga dalam keadaan baik. Jika intensitas komunikasi menurun drastis, jangan biarkan kondisi ini berlarut karena berkurangnya komunikasi adalah ciri ciri keluarga bermasalah.

11. Sering Berdebat

Perdebatan wajar terjadi di awal pernikahan. Tujuannya adalah untuk memahami karakter pribadi masing-masing. Jika setelah sekian lama, frekuensi perdebatan tidak menurun, bahkan cenderung meningkat, berarti ada ketidakbahagiaan dalam pernikahan itu. Perdebatan terus menerus adalah ciri-ciri pribadi keras kepala dan ingin menang sendiri.

12. Tidak Ada Waktu untuk Keluarga

Rumah tidak lagi menjadi tempat yang nyaman bagi Anda dan pasangan saat terjadi konflik. Apalagi jika konflik yang dialami cukup banyak dan berlarut-larut. Akibatnya, Anda lebih memilih di luar, menghabiskan waktu di tempat kerja, atau berkumpul bersama sahabat. Anda tidak punya cukup waktu untuk keluarga karena Anda sengaja melakukannya. 

13. Konsumsi Zat Berbahaya

Ada banyak tekanan dalam rumah tangga yang tidak bahagia. Akibatnya, mereka yang ada di dalamnya entah pihak orang tua maupun anak mencari pelarian. Salah satunya dengan konsumsi alcohol dan obat-obatan berbahaya untuk sejenak melupakan masalah yang dialami.

14. Bahasa  Tubuh

Kondisi rumah tangga tidak harmonis berpengaruh pada kejiwaan anggotanya. Suasana hati tergambarkan melalui gesture dan cara mereka berinteraksi dengan orang lain. Ada yang melakukannya dengan disadari dan tanpa disadari. Suasana hati tidak bisa disembunyikan dari tatapan mata, nada saat bicara, dan bahasa tubuh yang ditunjukkan.

15. Depresi

Tekanan kejiwaan adalah ciri ciri keluarga bermasalah. Tekanan yang dialami terus menerus menyebabkan depresi. Bahkan, pada level yang lebih berat menyebabkan anggota keluarga mengalami gangguan jiwa.

Ciri ciri keluarga bermasalah tidak luput dari kepribadian masing-masing pasangan. Karakter pasangan adalah penentu bahagia dan tidaknya pernikahan yang dijalani. Jangan sampai salah pilih pasangan, pertimbangkan baik-baik sebelum memutuskan.

Semoga ulasan ini bermanfaat.

Baca juga

Family keluarga bahagia dibangun bersama wanita idaman

Iklan