10 Tips Membangun Hubungan Ayah dan Anak Laki-Laki yang Harmonis

 

Hubungan Ayah dan Anak Laki-Laki-Hubungan yang hangat dan erat umumnya terjalin antara ibu dan anak. Ini dikarenakan, mereka berinteraksi secara intens dibandingkan dengan interaksi yang terjalin antara ayah dan anak. Anak memerlukan figur kedua orang tuanya yang sama-sama dominan. Ibu memberikan kontribusi pada kepekaan emosional anak sedangkan ayah memberikan tauladan kepada anak agar mereka lebih rasional, lebih disiplin, tegas, dan pantang menyerah.

Peran ibu dan anak, dan peran ayah dan anak keduanya sama-sama penting. Hubungan antara ayah dan anak bisa jadi saat kompleks. Jika keduanya memiliki minat yang berbeda, bisa jadi akan sangat jauh satu dengan yang lain. Sebaliknya, saat mereka memiliki ketertarikan yang sama, sangat mungkin bagi keduanya untuk dekat satu dengan yang lain.

Tidak jarang ayah dan anak berkompetisi untuk tidak ingin saling tertandingi. Mereka seperti halnya laki-laki pada umumnya yang tidak ingin dengan mudah meng-komunikasikan perasaannya agar tidak terlihat lemah. Namun ini sangat sulit sebab dalam kediaman itu mereka akan menemukan kebuntuan untuk menunjukkan bagaimana jalan terbaik menjalin hubungan yang harmonis antar keduanya jika sama-sama diam.

Agar hubungan baik antara Anda selaku ayah dengan anak laki-laki kebanggaan berjalan harmonis, Anda bisa mencoba beberapa rahasia menjalin hubungan tersebut dengan cara dibawah ini.

1. Menyadari bahwa anak laki-laki terpengaruh oleh ayahnya

Seorang anak laki-laki menjadikan ayahnya sebagai tauladan. Mereka terpengaruh oleh bagaimana ayahnya berperilaku. Seperti saat sang ayah berinteraksi dengan ibunya dengan menunjukkan rasa penghargaan, dan kasih sayang serta bagaimana seorang ayah menghadapi konflik rumah tangga.

Anak mengamati bagaimana ayahnya berinteraksi di lingkungan masyarakat dan bersama teman-temannya secara masculine. Saat seorang ayah mendapati anaknya tidak memiliki perilaku sesuai yang ditauladankan, anak yang bersangkutan harus mendapatkan perhatian yang lebih serius lagi.

2. Lakukan Aktivitas yang Menarik Bersama-sama

Setiap orang memiliki ketertarikan yang berbeda-beda, termasuk antara ayah dan anak laki-lakinya. Akan sangat mudah menumbuhkan hubungan yang harmonis antar keduanya jika memiliki ketertarikan yang sama. Namun, jika keduanya memiliki ketertarikan yang berbeda, apa yang harus ayah lakukan?

Tidak ada salahnya mencoba mengajak anak untuk join dalam aktivitas yang kita senangi. Jika kita menyukai dunia sepak bola, Anda bisa mengajak anak untuk sesekali nonton sepak bola atau bermain sepak bola bersama di lapangan. Jika usaha ini gagal, anak tetap diam dan tidak merespon yang menandakan bahwa itu bukan dunianya, Anda bisa mencoba aktivitas lain yang sekiranya menumbuhkan rasa suka anak atas aktivitas tersebut, semisal dengan camping, hiking, nonton fim, dst.

Saat anak menemukan feel pada kegiatan yang Anda pilihkan itu, mudah bagi Anda untuk menjalin hubungan yang harmonis antara ayah dan anak.

3. Tidak Perlu Terlalu Khawatir akan Hobby Ekstrim yang Disenangi Anak

Sebagai orang tua, tentu kita ingin agar anak-anak aman dan tidak terluka. Sayangnya, ada tipikal anak yang menyukai hobby ekstrim yang seringkali membuat kita ketar ketir.

Wajar jika itulah yang Anda rasakan. Hobby ekstrim yang disenangi adalah pertanda bahwa anak-anak menyukai sesuatu yang tidak biasa, sesuatu yang menantang dimana di masa mendatang akan menjadi medium bagi anak untuk menyukai hal-hal positif dengan tingkat risiko yang lebih tinggi, sebut saja dengan menjadi pecinta panjat tebing, skateboarding dsb.

Menghadapi masa-masa ini sebagai orang tua kita akan dihadapkan pada dua hal yang harus dipertimbangkan, yaitu antara menjaga kebebasan yang dimiliki anak untuk bereksplorasi dengan hal-hal yang mereka suka. Disisi lain kita harus pertimbangkan keamanan anak agar aktivitas yang disenanginya itu tidak sampai membahayakan diri pribadinya.

4. Nikmati Aktivitas yang Dijalankan Bersama

Siapa yang memberi perintah? Jawabannya adalah orang tua, dan siapa yang harus menurut? Jawabannya adalah anak. Prinsip berinteraksi dengan anak yang seperti ini menyebabkan jarak yang lebar antar keduanya. Orang tua menjadi instructor, dan anak menjadi doer. Pada dasarnya, tidak ada seorang pun yang suka diperintah. Perintah yang bertubi apalagi disertai dengan bentakan dan tanpa memberikan kecukupan hak pada anak lambat laun menyebabkan anak merasa jengkel.

Dalam setiap aktivitas apalagi yang dikerjakan bersama, mari kita total mengikuti dan menikmati aktivitas tersebut bersama. Semisal, di akhir pekan kita membuat api unggun di halaman belakang rumah, maka kita sebagai orang tua bisa membantu menyiapkan perlengkapan api unggun yang dibutuhkan, mulai dari kayu, minyak tanah hingga cemilan yang akan  disantap bersama.

Anda sebagai seorang ayah bisa merancang ide yang menarik yang akan dilakukan selama momen api unggun berlangsung, seperti story telling, membuat permainan, membuat tenda bersama, dst.

Menikmati aktivitas tersebut bersama secara tidak langsung Anda sebagai seorang ayah memberikan tauladan kepada anak bagaimana seharusnya menikmati momen tersebut saat sedang bersama keluarga. Yuk, cari aktivitas menarik untuk dilakukan bersama-sama sehingga kebersamaan dan kekuatan hubungan batin terjaga. Lakukan ini di akhir pekan atau saat liburan tiba. Tidak perlu memperbanyak instruksi, tetapi perbanyak diri untuk terlibat dalam aktivitas tersebut secara total agar anak tau apa yang seharusnya mereka lakukan.

5. Terlibat dalam Proyek Kehidupan yang Besar

Hubungan antara ayah dan anak laki-laki akan semakin dekat dengan cara terlibat dalam proyek kehidupan yang besar yang dikerjakan bersama-sama. Selain terlibat dalam dunia bermain anak, kesempatan besar bagi kita untuk mengajaknya memberikan kontribusi yang besar pada kehidupan.

Contoh real-nya adalah dengan mengajak anak-anak mendesain taman bagian depan dan bagian belakang rumah, atau mengajak mereka membuat pot tanaman dari bahan dasar tertentu. Jika Anda memiliki bisnis kerajinan tangan, tidak ada salahnya Anda melibatkan mereka dalam proses kreatif tersebut.

Proses keterlibatan ini memberikan kesempatan bagi anak untuk lebih dekat dengan Anda. Hubungan akan semakin erat dan anak-anak pun menjadi lebih dewasa dari hanya sekedar asyik dengan permainan anak seusianya. Mereka belajar apa yang dimaksud dengan kontribusi dan manfaat bagi sesama.

6. Aktif Mendengarkan Anak Berbicara

Laki-laki identik dengan gaya komunikasinya yang pendek dan efektif. Mereka enggan berbicara bertele-tele atau menghabiskan waktu untuk hal-hal sepele. Untuk meningkatkan hubungan baik antara ayah dan anak, salah satu cara efektifnya adalah dengan aktif mendengarkan anak-anak berbicara.

Sebelum menuju ke inti pembicaraan seperti problem yang dihadapi anak, Anda bisa membuka percakapan dengan obrolan basa-basi terlebih dahulu. Barulah setelah itu, Anda menuju ke pokok pembicaraan. Obrolan basa-basi sepertinya akan sulit dibangun jika kita tidak punya cukup waktu.

Coba cari kapan waktu bepergian bersama yang sekiranya luang bagi Anda untuk mendengarkan obrolan si kecil secara maksimal. Misalnya dengan pergi memancing, nonton event olahraga, nonton bioskop, dsb. Pastikan Anda menjadi pendengar setia bagi anak dengan persentase berbicara hanya 25 persennya saja. Apa yang disampaikan anak adalah informasi yang bisa Anda jadikan referensi terkait kepribadian si kecil.

7. Terbuka Terhadap Obrolan dengan Tema yang Tabu dan Mendidik

Membicarakan pendidikan sex dan hubungan asmara sering kali kita anggap sebagai sesuatu yang tabu. Kita sebagai orang tua untuk menjalin hubungan yang baik antara ayah dan anak laki-lakinya sebaiknya membuka diri untuk komunikasi dengan anak terkait hal-hal yang tabu itu.

Tema seks dan asmara adalah tema yang rawan. Jika kedua tema tersebut disampaikan dengan cara yang baik dan mengedukasi, anak-anak akan menerimanya sebagai informasi edukatif yang perlu disaring dengan baik. Seringkali, orang tua karena menganggap tema tersebut tabu lantas memilih untuk tidak mengkomunikasikannya sama sekali.

Yang perlu kita antisipasi adalah, di luar sana anak-anak berinteraksi dengan banyak teman dan banyak orang yang kita tidak tau apakah pengaruh yang diberikan pada anak adalah pengaruh positif atau negatif. Agar hal negatif tidak sampai terjadi, mari kita buka komunikasi yang intens dengan anak terkait kedua tema tersebut untuk mencegah anak dari melakukan perbuatan yang tidak diinginkan.

Disini, peran kita sebagai orang tua tidak hanya mengedukasi, tetapi menjadi tempat anak untuk bercerita dan mengutarakan konflik batinnya berhubungan dengan kedua hal itu. Curhat kepada orang tua adalah curhat yang paling tepat jika dibandingkan dengan curhat terhadap temannya yang kita tidak tau betul apakah mereka memberikan respon yang normatif atau justru tanggapan yang menjadikan keburukan pada diri anak.

8. Perhatikan Spiritualitas Anak

Selain memperhatikan edukasi seputar seks dan kehidupan asmara, hubungan ayah dan anak yang baik harus memperhatikan sisi spiritualitas anak. Tidak hanya antara ayah dan anak laki-lakinya, tetapi antara orang tua dengan semua anaknya.

Spiritualitas yang mapan secara otomatis menjadi pengendali seseorang saat akan menerjang batas norma dan nilai-nilai agama. Ini adalah kontrol otomotis yang harus kita pahamkan pada anak sejak dini dengan memberikan edukasi keagamaan yang cukup baik melalui lembaga formal maupun non formal.

Saat dekat dengan anak, orang tua berkesempatan untuk memantau bagaimana sepak terjang anak. Tidak selamanya kita dekat, satu saat nanti kita akan jauh dari anak dan tidak bisa memantau mereka secara langsung. Bekal yang kita berikan adalah edukasi spiritual sehingga kecil potensi anak untuk menjadi pribadi yang tidak baik.

9. Face to Face dengan Anak

Ada saatnya anak ingin sharing secara pribadi dengan Anda selaku ayah dan ibunya. Tidak perlu terlalu sering, Anda bisa luangkan waktu seminggu sekali untuk ngobrol secara privat dengan anak-anak. Anak mungkin sedang ingin curhat hal yang sangat pribadi dengan Anda dan enggan rasanya jika di dengar oleh anggota keluarga yang lain.

Obrolan internal ini memberikan kesempatan bagi kita untuk mengetahui bagaimana karakter pribadi anak, apa kelebihan yang sebaiknya dikembangkan dan apa kekurangan anak yang harus diantisipasi, dsb.  Obrolan face to face dengan anak membuat kita merasa lebih dekat dengan mereka, dan anak memposisikan kita sebagai teman tanpa harus mencari teman curhat lain di luar anggota keluarganya yang tentunya rawan.

10. Fokus Pada Hal-hal yang Positif

Memantau anak agar selalu berfikir, berucap, dan berkata positit bisa kita lakukan setiap waktu. Input informasi yang anak-anak dapat saat bersama teman-temannya. Saring informasi yang masuk dan selalu arahkan mereka pada hal yang positif saat anak menunjukkan adanya sikap negatif yang muncul akibat pergaulan, atau informasi dari media elektronik yang ditontonnya. Fokus pada hal-hal positif untuk menangkis informasi negatif yang di dapat anak dari lingkungan luar.

Baca juga

5 tugas keluarga membantu proses interaksi sosial anak

Semoga bermanfaat

Iklan