Pola Asuh Anak Berpengaruh pada Karakter Anak di Masa Mendatang, Ini 12 Tipsnya!

 

Pola asuh anak-Mengasuh anak adalah seni yang indah luar biasa. Saya menyebutnya seni karena sebagai orang tua kita perlu banyak referensi, banyak trik menghadapi anak, perlu adanya konsultasi dengan expert, dan usaha lain yang tujuannya tidak lain adalah agar pola asuh anak yang kita lakukan tepat sasaran. Sebagai parent, kita tidak bisa melakukannya semau kita dan sembarangan.

Setiap apa yang kita rangsangkan kepada anak, mereka akan merespond-nya sesuai dengan stimulus yang kita berikan pada mereka. Jadi, kita harus tau bagaimana pola asuh anak yang benar.

Anak adalah akumulasi proses pengasuhan dan pendidikan yang dilakukan secara kontinyu. Baik buruknya karakter anak bergantung dari bagaimana kontinyuitas proses pengasuhan tersebut. Anak yang dibiarkan akan liar, anak yang dikekang terus-menerus akan menyerang di kemudian hari dan anak yang diikuti ritme pertumbuhannya sembari disisipkan nilai-nilai kognitif, afektif, dan psikomotorik ke dalamnya, lambat laun akan tumbuh menjadi pribadi yang matang sesuai harapan orang tua dan masyarakat.

Bagaimana pola asuh anak yang tepat? Yuk, cermati tips pola asuh anak berikut untuk memastikan anak nyaman saat bersama Anda, dan apa yang Anda edukasikan tetap sampai pada mereka. Berikut tipsnya.

1. Sampaikan dengan Ungkapan yang Jelas

Ungkapkan secara gamblang apa yang baik yang sebaiknya dilakukan dan apa yang buruk yang sebaiknya dihindari. Anak-anak belum memiliki kapasitas untuk menafsirkan apa yang kita pikirkan dan inginkan dari mereka secara jelas.

Cara terbaik adalah dengan menjelaskan secara rinci bahwa aktivitas ini adalah baik dan aktivitas itu adalah buruk. Terdengar sedikit klasik, namun ini akan lebih mudah dicerna oleh anak. Ini adalah cara yang efektif bagi Anda untuk mencegah agar anak tidak sampai bertingkah laku kurang tepat.

2. Amati Tingkah Lakunya

Yup, setelah menyampaikan mana-mana saja poin positif yang harus dilakukan dan mana-mana saja poin negatif yang harus dihindari, langkah selanjutnya bagi Anda adalah dengan mengamati bagaimana tingkah laku anak setiap harinya. Ini adalah saatnya Anda mengamati bagaimana anak beraksi apakah sudah sesuai dengan nilai yang Anda edukasikan kepada mereka atau justru sebaliknya.

3. Berikan Konsekuensi

Apa itu konsekuensi? Konsekuensi adalah efek dari tingkah laku yang dilakukan, entah itu bentuk tingkah laku positif atau negatif. Konsekuensi yang paling ampuh adalah yang diberikan langsung setelah tingkah laku tersebut dilakukan agar terasa efeknya pada anak dan lebih mudah di ingat. Secara otomatis, konsekuensi logis tersebut akan tertanam pada psikis anak sehingga saat akan mengulangi hal negatif yang sama mereka akan dikendalikan oleh memori traumatis itu sendiri.

4. Definisikan Tingkah Laku yang Semestinya Dilakukan dan yang Sebaiknya Dihindari

Pola asuh anak memerlukan adanya definisi tingkah laku yang spesifik yang disampaikan secara langsung kepada anak, tentunya dengan bahasa yang mereka mengerti. Cobalah untuk mendefinisikan tingkah laku anak secara real mengenai apa yang baik dan buruk menurut mereka.

Menyampaikan apa etika atau tingkah laku yang baik secara spesifik itu akan memberikan kemudahan bagi anak untuk memahami apa tujuan dan apa yang diharapkan orang lain darinya. Tingkah laku tersebut haruslah tata krama yang bisa kita pantau selaku orang tua, dan kita bisa menyaksikan dan setuju atau tidak atas perilaku yang dilakukan itu.

Singkatnya adalah, anak-anak membutuhkan gambaran nyata dari apa yang seharusnya mereka lakukan dan apa yang sebaiknya ditinggalkan. Setidaknya anak-anak tidak kebingungan dengan apa yang harus dilakukan dan apa yang sebaiknya ditinggalkan.

Contoh tata krama yang baik adalah dengan belajar atau mengerjakan PR sekolah tepat pada waktunya. Sedangkan untuk tingkah laku yang kurang baik adalah dengan terlalu banyak menonton televisi, menghina teman, melawan orang tua dan guru, dst.

5. Jangan Mengira Bahwa Anak-Anak Mengerti Tanpa Kita Beri Penjelasan

Orang dewasa mungkin paham apa yang kita harapkan darinya melalui bahasa tubuh yang kita tunjukkan. Namun tidak demikian dengan anak-anak. Mereka perlu penjelasan yang rinci melalui ungkapan kata yang transparan yang kita sampaikan kepada mereka.

Yup, jangan lupa mengkomunikasikan kepada anak mengenai apa tingkah laku yang sebaiknya dilakukan dan apa yang seharusnya ditinggalkan. Kekurang-fahaman anak terhadap apa yang kita sampaikan kepada mereka menyebabkan anak-anak salah dalam mempersepsikan apa yang seharusnya dilakukan. Komunikasikan dengan bahasa anak agar lebih mudah dicerna dan difahami dengan baik.

6. Komunikasi dengan Face To Face

Ada sedikit perbedaan kesan yang dirasakan antara komunikasi yang dilakukan secara face to face dan komunikasi yang dilakukan berjarak. Ada kesan touchy saat Anda memberikan nasihat atau berkomunikasi face to face dengan anak.

Sebaliknya, saat Anda berkomunikasi dengan jarak yang jauh, menasihatinya dengan suara yang keras dan bahkan mungkin sedikit berteriak, anak-anak akan merasa tidak nyaman, terintimidasi, dan merasa bahwa kita sebagai orang tua sedang berusaha menekan dan menggunakan otoritas kita sepenuhnya sebagai orang tua.

Komunikasi dengan cara face to face memudahkan kita untuk menggenggam batin anak dan membuat mereka merasa nyaman. Mereka tidak merasa sedang di intimidasi dan tidak malu saat apa yang Anda nasihatkan itu di dengar orang lain. Seringkali anak yang semula tidak suka membantah, lantas melakukan hal yang sebaliknya karena bentuk mekanisma pertahanan diri. Mereka tidak ingin mendapatkan perlakuan negatif di hadapan orang lain lantaran cara komunikasi kita dari jarak yang cukup jauh itu sampai terdengar orang lain.

Anak akan merasa tersudut saat kita sebagai orang tua tidak melindungi harga dirinya di hadapan orang lain. Yaitu dengan menegur mereka, mengkritik dan bahkan menjabarkan kesalahan mereka saat berada di hadapan orang lain.

7. Adanya Transisi Saat Berhenti dari Aktivitas Tertentu

Anak-anak yang sedang asyik bermain dengan temannya akan kehilangan mood saat kita memberhentikan mereka dari aktivitasnya itu. Cobalah untuk memberikan masa transisi kepada anak-anak untuk berhenti dari aktivitasnya itu dengan cara yang lebih halus. Misalkan dengan memberikan warning bahwa lima menit lagi anak-anak harus sudah siap untuk ikut perjalanan wisata yang sudah diagendakan, atau 10 menit lagi akan ada nenek yang menjemput untuk silaturahim ke rumah saudara.

Cara yang demikian membantu anak untuk mengkondisikan mood-nya. Jangan sampai anak kehilangan rasa happy-nya saat berakitivitas dan bahkan mungkin ngambek, nangis, hingga mereka malas berkomunikasi dengan Anda karena kita memberhentikan aktivitasnya itu secara mendadak tanpa adanya pengkondisian terlebih dahulu.

8. Hindari Memborbardir Anak dengan Beragam Pertanyaan dan Instruksi

Memori anak memerlukan waktu untuk mencerna pertanyaan yang kita berikan. Usahakan untuk memberikan instruksi atau pertanyaan one by one. Terlalu banyak mendengarkan instruksi dan pertanyaan membuat anak merasa bahwa sebagai orang tua kita agak sedikit bawel, dan anak-anak kurang suka mendengarkan apa yang kita sampaikan.

Bertanyalah secara perlahan satu demi satu, fokus pada apa tugas yang harus anak-anak lakukan, dan lakukan apa instruksi yang mereka harapkan dari kita selaku orang tua.

9. Kendalikan Situasi dan Kondisi

Jika Anda ditanya, apakah Anda lebih suka situasi yang tenang? Ataukah situasi yang penuh amarah dan tekanan. Jawabannya sepertinya sudah jelas. Anda tentunya lebih menyukai situasi dan kondisi yang tenang dan nyaman terkendali. Begitu juga yang diinginkan anak-anak. Mereka lebih suka situasi yang kondusif baik itu dari Anda selaku orang tuanya atau dari anggota keluarga yang lain, dan dari masyarakat.

Situasi yang kondusif didukung oleh cinta dan kasih sayang yang muncul dalam keluarga itu. Sebaliknya, anak-anak kesulitan untuk bertingkah laku positif karena situasi dan kondisi yang kurang mendukung, seperti kondisi orang tua yang temperamen, anak-anak yang lelah, terlalu banyak khawatir, dan sebagainya yang pada akhirnya akan berpengaruh pada kondisi psikis anak. Secara tidak langsung, kondisi psikis yang demikian berpengaruh pada bagaimana nantinya anak-anak akan bersikap saat bersama keluarga, teman, dan saat sedang bersama teman-temannya.  1

10. Kondisikan Lingkungan Saat Anak akan Menyelesaikan Tanggung Jawabnya

Perhatian anak-anak cukup mudah teralih saat mereka melihat apa yang mereka sukai. Untuk alasan itu, cobalah untuk mengkondisikan lingkungan saat anak akan menyelesaikan tanggung jawabnya. Seperti saat akan mengerjakan PR, usahakan agar anak-anak tidak teralih perhatiannya.

Cobalah untuk mematikan televisi, simpan mainan anak terlebih dahulu, biarkan si kecil duduk manis di meja belajarnya, dan mengerjakan PR-nya. Jika mereka adalah tipikal pribadi yang suka music dan terbantu konsentrasinya saat belajar dengan itu, Anda bisa putar beberapa lagu melo favorit anak-anak. Proses pendisiplinan yang seperti ini perlahan membentuk kebiasaan anak agar lebih disiplin dan sadar tanggung jawab. Jika ini sudah menjadi kebiasaan, anak-anak akan menjalankan tanggung jawabnya secara otomatis tanpa kita minta.

11. Biarkan Anak Menentukan Pilihannya Sendiri

Dalam masa pertumbuhan, anak-anak perlu di dampingi dalam mengambil keputusan. Namun tidak ada salahnya sesekali Anda membiarkan mereka untuk menentukan pilihannya sendiri. Semisal dalam menentukan apa agenda yang harus mereka lakukan saat ini. Anda bisa memberikan anak-anak pilihan, apakah mereka ingin makan siang setelah mandi ataukah sebelumnya.

Berikan porsi pengambilan keputusan sesuai dengan kadarnya. Ada saatnya anak harus mengambil keputusannya sendiri untuk hal-hal yang tidak berpengaruh besar pada kehidupannya. Atau, jika ternyata anak-anak mampu mengambil keputusan yang sesuai harapan, Anda bisa mendukungnya dengan baik.

12. Cermat dalam Memilih Konsekuensi

Setiap kesalahan yang dilakukan anak memiliki konsekuensi yang berbeda-beda. Anda tidak bisa menyamakan antara risiko yang berat dan ringan yang disebabkan oleh aktivitas tertentu yang mereka lakukan. Cermat dalam memilih konsekuensi sangatlah penting agar anak tidak merasa bahwa melakukan kesalahan yang berat maupun yang ringan sekalipun konsekuensi yang ditanggung tetaplah sama.

Buatlah level konsekuensi yang akan ditanggung anak, mulai dari pemberian nasihat, himbauan atau warning, memotong uang jajan, tidak dilibatkan dalam acara liburan keluarga, atau di isolasi di lingkungan yang jauh dari keluarga. Anda bisa pertimbangkan mana konsekuensi yang paling cocok untuk kesalahan yang dilakukan anak saat itu.

Pola asuh anak berpengaruh pada bagaimana karakter anak di masa mendatang. Maksimal dalam mengasuh anak bisa kita upayakan dengan banyak cara, seperti yang tersebut dalam poin-poin di atas. Untuk hasil yang maksimal, perlu upaya sekuat tenaga sejak dini dari kita selaku orang tua.

Baca juga

Ini 10 Cara Mudah Ajarkan Kebaikan pada Anak Sejak Dini

Iklan