Pahami Psikologi Anak Sejak Dini dengan Cara Berikut Ini!

 

Pahami Psikologi Anak-Baru-baru ini, psikologi telah diresmikan sebagai salah satu cabang ilmu pengetahuan dan menjadi salah satu dari sekian banyak jurusan di banyak perguruan tinggi.  Dahulu, ilmuwan merasa sangsi untuk memasukkan psikologi ke dalam salah satu dari cabang ilmu tersebut. Seiring berjalannya waktu, peran psikologi dipercaya memberikan kontribusi penting bagi ilmu pengetahuan dan menjadi solusi atas beragam masalah psikis yang dihadapi di tengah-tengah masyarakat.

Salah satu cabang bahasan psikologi adalah psikologi anak. Psikologi sendiri berasal dari kata psyche yang artinya jiwa dan logos yang artinya ilmu. Singkat kata, psikologi adalah ilmu yang membahas tentang kejiwaan seseorang. Kaitannya dengan psikologi anak, istilah ini berarti ilmu pengetahuan mengenai kejiwaan anak.

Bicara masa kanak-kanak, parent tentu familiar dengan istilah golden age atau masa-masa emas. Anak tidak hanya tumbuh dan berkembang secara fisik tetapi juga psikis. Ya, sebagai orang tua kita tidak hanya dituntut untuk memenuhi kebutuhan fisik anak seperti kebutuhan pokoknya saja, tetapi kita juga diharuskan untuk memenuhi kebutuhan psikisnya.

Masalah yang sering terjadi saat ini adalah, kita sebagai orang tua hanya fokus pada kebutuhan fisiknya saja namun tidak memperhatikan kebutuhan psikologi anak. Penyebab masalah psikologi diantaranya berasal dari ucapan yang kasar, perlakuan buruk terhadap anak, dan terabaikannya kebutuhan anak.

Masalah tersebut muncul tidak hanya berasal dari lingkungan keluarga, tetapi gesekan dengan teman saat di sekolah, dan konflik saat berada di tengah-tengah masyarakat pun menyebabkan masalah serius pada perkembangan psikologi anak. Ada beberapa elemen penting yang harus kita perhatikan saat memahami psikologi anak usia dini, diantaranya adalah:

  • Perkembangan kognitif anak

Bicara kognitif anak, berarti kaitannya dengan perkembangan kemampuan fungsi otak anak. Perkembangan kognitif anak dikategorikan menjadi empat, yaitu fase sensor motor, pra operasional, konkret operasional dan tahap formal operasional. Masing-masing tahap tersebut memiliki karakteristik tersendiri jika dilihat dari periode usianya dan wujud dari perkembangan kognitif tersebut.

Untuk tahap sensor motor diindikasikan dengan adanya gerakan refleks yang dilakukan anak. Tahap pra-operasional dicirikan dengan kapasitas anak dalam menerima rangsang dari luar namun sifatnya masih sangat terbatas.

Tahap selanjutnya adalah tahap konkret operasional yang ditandai dengan kemampuan anak untuk berfikir secara masuk akal dan mampu mempraktikannya dengan baik. Sedangkan tahap yang terakhir adalah saat dimana anak sudah mulai masuk usia remaja dan sudah mampu berfikir bagaimana mencari solusi atas masalah yang sedang dihadapi.

  • Perkembangan Fisik

Anak-anak yang masuk dalam kategori usia dini, terkait dengan perkembangan fisiknya dibagi menjadi dua, yaitu kemampuan motoriknya yang halus dan kasar.

  • Perkembangan Bahasa

Perkembangan bahasa anak dibagi menjadi tiga fase, yaitu fase pre-lingual, lingual, dan diferensiasi. Periode pertama ditandai dengan kemampuan anak untuk mengoceh, pada tahap lingual anak sudah mulai bisa merangkai satu dua kata, dan pada tahap diferensiasi anak-anak mampu mengucapkan atau menyusun kalimat dengan baik. Periode diferensiasi ini terjadi saat anak usia 2,5 tahun dan seterusnya.

  • Perkembangan Sosio-Emosional

Perkembangan ini berhubungan dengan rasa percaya diri pada diri anak. Selain memperhatikan elemen yang lain, elemen yang satu ini dirasa sangat penting mengingat tanpa rasa percaya diri yang bagus dan tanpa keberanian yang tinggi anak-anak tidak akan total dalam menunjukkan bakat yang ada di dalam dirinya. Selain itu, perkembangan sosio emosional yang ada pada diri anak menjadi ajang bagi mereka untuk memiliki interaksi sosial yang bagus dengan orang lain.

Sebagai parent, perkembangan tersebut harus kita perhatikan dengan baik. Dari pengamatan yang kita lakukan, kita bisa menilai dimanakah keunggulan dan kekurangan anak. Kita bisa memaksimalkan kelebihannya dan mengusahakan bagaimana kekurangannya bisa tercover dengan baik sehingga si kecil tumbuh menjadi pribadi yang ideal. Kaitannya dengan psikologi anak, ada 7 perkataan yang harus kita hindari agar perkembangan psikis anak maksimal. Jika ini sampai kita lontarkan pada anak, dampaknya akan cukup berbahaya. Apa saja? simak ya!

1. Kebiasaan Membanding-bandingkan

Saya pribadi sangat kesal ketika ada orang tua yang suka membanding-bandingkan anaknya. Membandingkan anak akan membuat hati anak menjadi tersudut dan kecil. Setiap anak memiliki kelebihan masing-masing.

Salah satu tetangga saya memiliki dua orang anak dengan jarak kelahiran yang cukup dekat, si kakak saat ini duduk di kelas 6 SD, sedangkan adiknya berada di kelas 5. Secara kognitif dan psikomotorik, keduanya berbeda jauh. Si adik tergolong pintar dan aktif, sedangkan si kakak susah untuk fokus pada aktivitas fisik maupun kognitifnya.

Bundanya seringkali melontarkan kata-kata negatif dengan membanding-bandingkan kakak dengan adiknya. Si kakak semakin tersudut dan terus saja melakukan pemberontakan. Akibatnya, hubungan keduanya jauh, si kakak mencari perlindungan jiwanya ke rumah eyangnya.

Ya, sikap membanding-bandingkan akan membuat seseorang merasa tidak diterima dan tidak diharapkan kehadirannya oleh orang lain. Hindari sikap ini, cari dimana kelebihan anak jika mereka tidak memiliki kelebihan di bidang kognitif. Apreasiasi kelebihan itu agar anak memiliki benteng sosio emosional yang lebih kuat.

2. Ucapan Kamu Kok Begini Sih?

Psikologi anak cukup terganggu dengan ungkapan tersebut. Seorang anak yang dipandang dengan cara pandang sinis karena lupa tidak menyisir rambutnya, atau karena nasi di piringnya belepotan kesana kemari saat makan, lalu kita berkata kamu kok begini sih. Ungkapan tersebut mengisyarakatkan banyak pesan implisit, diantaranya adalah:

  • Menyalahkan anak. Terkadang anak mungkin saja melakukan itu karena mereka lupa atau karena mereka sedang berproses untuk melakukan aktivitas tersebut dengan baik.
  • Tidak menghargai proses dan hanya fokus pada hasil. Ya, ini adalah simbol bahwa kita tidak menghargai proses yang dilakukan anak dan kita hanya terpacu pada hasil akhirnya saja. Kita memberikan justifikasi atas penilaian itu.
  • Tidak berfikir dari sudut pandang anak atau orang lain. Orang tua yang menghardik anak dengan melontarkan ungkapan diatas adalah pertanda bahwa mereka kurang memahami perkembangan usia anak dan kurang bisa menerima bahwa setiap pribadi adalah
  • Tidak menerima bahwa itulah fakta tentang anaknya. Anak yang mendapatkan nilai kurang bagus lalu dihardik dan dibandingkan dengan kakaknya yang mendapatkan rangking di sekolahnya akhirnya merasa minder dan mengira bahwa orang tuanya tidak menerima fakta mengenai dirinya. Mereka berfikir bahwa kita sebagai orang tua menyesal karena memiliki anak seperti mereka.

3. Perkataan Ini Bukan Urusanmu, Anak Kecil!

Parent kerap kali berfikir bahwa perkembangan kognitif, dan emosional anak sebanding dengan fisiknya. Faktanya, ada tipe-tipe anak yang lebih kritis dan lebih sensitif dari anak-anak seusianya. Sepertinya tidak menjadi masalah jika anak tersebut adalah tipikal anak yang cuek. Namun bagi mereka yang peka dan cerdas secara kognitif, anak-anak merasa ter-negasi-kan dan keberadaannya tidak diakui jika kita mengucapkan kamu masih kecil, ini bukan urusanmu!

Ungkapan tersebut sebagai perwujudan dari ungkapan orang tua bahwa perasaan anak tidak penting untuk dihiraukan, dan mereka belum memiliki kematangan kognitif untuk ikut terlibat dalam aktivitas diskusi tersebut. Orang tua seperti terganggu dengan kehadiran anak dalam diskusi tersebut.

4. Dasar Stupid!

Perkataan dasar bodoh adalah ungkapan yang sering diucapkan orang tua saat tidak puas dengan apa yang dilakukan anaknya. Tidak ada apresiasi atas usaha yang dilakukan anak karena ungkapan tersebut hanya merujuk pada hasil dan bukan prosesnya. Hindari perkataan tersebut untuk menjaga perasaan anak.

Berikan support agar anak yang semula kurang maksimal dalam melakukan aktivitas yang seharusnya dilakukan semakin optimal dan mampu mencapai hasil yang bagus sesuai dengan harapan bersama.

Perkataan dasar bodoh akan membuat anak senantiasa dalam kondisi psikis yang tegang karena khawatir tidak maksimal di hadapan orang tuanya. Memberikan dukungan pada psikologis anak dengan memaklumi ketidakmaksimalan hasil dan fokus pada proses akan membuat anak mendapatkan support psikis yang cukup untuk lebih maju dan berkembang.

5. Ungkapan Jangan Kaya’ Ayahmu/ Ibumu”

Menjatuhkan harga diri orang tua di depan anak akan membuat orang tua kehilangan wibawa di hadapan anak. Orang tua yang disudutkan akan merasa malu, dan anak akan semakin berani pada yang bersangkutan. Hindari kebiasaan negatif dengan mengatakan jangan kaya’ ayahmu tukang tidur, atau jangan kaya’ ibumu yang stupid, agar anak tetap memiliki kepercayaan terhadap orang tuanya dan wibawa orang tuapun tetap terjaga di hadapan anak.

Ini sama halnya menunjukkan adanya ketidakharmonisan hubungan kita dengan pasangan sehingga lambat laun anak akan mengetahui hal itu. Yang lebih mengkhawatirkan adalah, anak-anak akan meniru kebiasaan negatif tersebut sehingga mereka akan terbiasa mengumbar hal negatif orang lain di hadapan banyak orang.

6. Kalau Masih Begitu, Mama-Papa Nggak Sayang Lagi Sama Kalian

Kalimat ancaman bukanlah ungkapan yang bagus untuk diucapkan. Hindari penggunaan kalimat ancaman tersebut sebab ini membuat psikologi anak terganggu. Penggunaan kalimat ancaman membuat anak-anak merasa tertekan dan beraktivitas dalam ketegangan. Anda bisa gunakan kalimat lain yang lebih halus sehingga anak-anak termotivasi untuk melakukan sesuatu tanpa rasa terpaksa.

Ungkapan seperti kalau masih begitu, mama papa nggak sayang lagi sama kalian adalah salah satu kalimat ancaman yang dapat mengganggu psikologi anak. Tindakan negatif yang dilakukan anak tidak selamanya karena  disengaja. Hal tersebut mungkin saja terjadi karena anak-anak memang belum memahami bagaimana tindakan yang seharusnya dilakukan. Dalam kondisi tersebut, yang dibutuhkan anak adalah support, bukan ancaman agar mereka tidak down.

7. Marah-marah pada Anak saat Mereka Sedang Down

Kekalahan dan kesalahan adalah saat yang tidak menyenangkan. Pada saat tersebut anak-anak down dan mereka perlu support dari orang tuanya. Psikologi anak akan semakin tertekan jika saat anak-anak sedang down dan kita justru memarahinya.

Banyak orang tua yang tidak sadar akan pengaruh negatif marah-marah terhadap psikologi anak. Mari kita belajar untuk lebih mengendalikan diri, melihat hal tersebut sebagai proses yang harus dilalui dan tidak fokus pada hasil yang mungkin saat itu belum maksimal. Support yang kita berikan saat anak sedang down akan mengumpulkan kembali semangat mereka untuk bangkit dan tidak berlama-lama sedih dalam ketidaksuksesan itu. Support orang tua menjadi angin segar bagi anak untuk berkembang lebih baik lagi di kemudian hari.

Psikologi anak adalah elemen penting dalam kehidupan anak yang harus kita perhatikan. Tidak hanya elemen fisik, tetapi juga psikis. Penuhi kebutuhan psikologi anak dan hindari ungkapan atau tindakan yang membuatnya kecil hati seperti diatas. Selamat mencoba ya Moms.

Baca juga

Munculkan Rasa Gembira pada Anak dengan Cara Mudah Ini!

Iklan