Munculkan Rasa Gembira pada Anak dengan Cara Mudah Ini!

 

Rasa Gembira pada Anak-Dekat dengan pribadi yang riang gembira tentunya sangat menyenangkan. Sejenak kita merasa jauh dari masalah yang membuat pusing kepala. Dunia terasa indah dan membahagiakan saat hati merasa bahagia. Apakah paremeter kebahagiaan adalah materi? Tentu tidak!. Sudah banyak buktinya. Saya pribadi merasa terganggu saat sering mendengar orang mengeluh. Hidup terasa semakin berat, muram, seperti tidak ada solusi. Jebakan pikiran yang seperti inilah yang perlu kita hindari agar hidup terasa nikmat.

Ada tipikal pribadi yang meski mendapatkan banyak ujian namun tetap bahagia dan gembira. Mereka meng-syukuri nikmat yang diberikan Tuhan, dan dengan meresapi perjalanan hidup orang lain yang dirasa kurang beruntung. Rasa bahagia pada dasarnya berasal dari diri masing-masing. Ada yang merasa cukup dalam keterbatasan, dan ada yang kurang meski harta benda yang dimilikinya berlebihan.

Kabar baiknya, gembira adalah kemampuan yang bisa di latih. Ada banyak cara yang bisa kita usahakan agar diri dan keluarga merasa bahagia. Biasakan agar anak-anak merasa gembira dengan keadaan dirinya saat ini melalui beberapa cara mudah berikut ini.

1. Bagaimana Perasaan Orang Lain jika Kita Lakukan itu Padanya

Apakah orang lain senang saat kita memperlakukan hal tertentu padanya? Ataukah sebaliknya, mereka yang semula ramah tiba-tiba marah dan gusar?. Respon yang diberikan orang lain bisa kita jadikan parameter apakah seseorang nyaman dengan sikap kita atau sebaliknya.

Terkadang kita tidak menyadari bahwa apa yang kita lakukan pada orang lain merenggut kegembiraannya. Dan, seringkali kita tidak sadar bahwa sesuatu yang menurut kita sepele itu ternyata melukai dan menyakitkan hati orang lain.

Untuk mengukur apakah orang lain senang dengan perlakuan kita, atau sebaliknya, kita bisa mengeceknya dengan mengamati perasaan kita sendiri saat orang lain memperlakukan hal itu pada kita.

Perlakuan baik yang kita tujukan pada orang lain, pada akhirnya membuat mereka merasa gembira. Sebaliknya, saat mereka mendapatkan perlakuan negatif dari kita, rasa bahagia itu akan hilang dan berganti kemarahan dan kegusaran.

Menyebarkan perasaan bahagia, pada dasarnya kita pun akan merasa gembira. Ini dikarenakan kita secara naluriah merasa puas saat menyebarkan kebaikan pada orang lain. Demikian juga orang lain yang berinteraksi dengan kita. Mereka akan membalas kebahagiaan yang mereka dapat itu dengan memberikan kebahagiaan yang sama besarnya atau bahkan melebihi apa yang kita berikan.

Ya, kebahagiaan itu menular. Salah satunya melalui senyum tulus yang kita lemparkan saat sedang bersua di jalanan. Tidak sulit mengukir kebahagiaan, karena ini bisa kita mulai dengan hal yang paling kecil sekalipun.

2. Jika Tidak Bisa Berkata Baik, maka Diamlah

Anda mungkin sering mendengarkan berita kriminal yang motifnya terdengar sepele, yaitu karena sering dimarahi dan kerap kali di bully baik secara langsung maupun di media sosial. Benar sekali nasihat jika tidak kuasa berkata yang baik-baik, lebih baik diam.

Katakan sesuatu seperlunya saja dan yang baik-baik saja. Batasi  gurauan agar tidak menjangkau area privat dan menyinggung perasaan orang lain. Berkatalah yang baik-baik, atau lebih baik diamlah. Tidak perlu melibatkan diri dalam obrolan yang tidak jelas, atau menggunjing untuk hal-hal yang samar atau bahkan yang fakta sekalipun. Ini adalah alasan kenapa hubungan kita dengan orang lain menjadi renggang, dan kenapa rasa gembira dalam diri itu hilang. Tidak lain karena waktu yang kita miliki tidak dialokasikan untuk aktivitas yang menggembirakan.

Membuang-buang waktu dengan memperbanyak bicara, apalagi untuk hal-hal yang dirasa menyakitkan orang lain tidak semestinya dilakukan. Perbanyak diam, dan cermati apa perkataan yang semestinya dikatakan dan mana yang seharusnya disimpan.

3. Berkata yang Baik dan Perbanyak Tersenyum

Saat dekat dengan seseorang yang senang berkata yang baik-baik dan banyak tersenyum, hati menjadi gembira. Ada energi positif yang coba mereka salurkan dan membuat kita merasa termotivasi untuk bangkit.

Saat sedang down, dan pesimis, orang yang senang berkata baik akan memberikan semangat pada kita agar lebih termotivasi lagi dan lebih optimis. Mereka tidak akan menyudutkan apalagi meng-claim dengan menggunakan pertimbangan rasio. Itu adalah kekuatan dari perkataan yang baik yang dikatakan orang lain kepada kita.  Sebaliknya, bagi mereka yang senang berkata negatif, dan memandang orang lain dengan cara yang sinis, apa yang dikatakan cenderung melemahkan semangat.

Perbanyak berkata yang baik dan cairkan suasana yang beku itu dengan melempar senyum tulus. Kegembiraan akan di dapat dengan membiasakan hal yang mudah dilakukan itu.

4. Katakan Tolong dan Terimakasih

Saya pribadi merasa enggan saat menghadapi orang yang hobby menyuruh se-enaknya. Bukan berarti tidak mau di suruh, akan tetapi lebih kepada instruksi verbal-nya yang kurang enak di dengar. Memerintah tanpa kata minta tolong, dan setelah selesai dibantu tidak ada ucapan terimakasih sama sekali.

Apakah ini berarti saya perlu pengakuan atas apa yang saya lakukan untuknya? Saya rasa bukan demikian kesimpulannya. Ini lebih kepada bagaimana menunjukkan rasa respect kepada usaha orang lain. Saya yakin, saat ada orang yang menyuruh ambilin ini atau itu, bawain ini atau itu, kita akan merasa enggan berada di dekat mereka. Apalagi jika yang bersangkutan adalah tipikal pribadi yang kurang kooperatif dalam lingkungannya.

Agar diri senantiasa gembira, dan orang lain pun merasa gembira saat kita meminta bantuan kepada mereka, sampaikan terimakasih setelah orang lain selesai melakukan sesuatu untuk kita, dan jangan lupa sertakan kata tolong saat Anda meminta bantuan. Ini adalah hal yang tampaknya sepele namun efeknya sangat besar terhadap kelangsungan hubungan bermasyarakat kita.

5. Tidak Memanjakan Anak

Salah satu teman saya yang juga berprofesi sebagai pengajar, mengeluhkan tingkah laku anak didiknya. Setelah di usut, anak tersebut lahir dari orang tua yang bisa dikata berada dan selalu memanjakannya. Jika anak itu mengadu kepada ibunya bahwa di sekolah dia mendapatkan perlakuan buruk dari teman atau gurunya, ibu anak itu langsung mendatangi rumah temannya dan menegur gurunya. Padahal, apa yang dikatakan anak itu tidak selamanya benar, dan para ibu guru pun menegurnya demi kebaikan.

Alhasil, hingga kini duduk di kelas 4 Sekolah Dasar, anak tersebut belum bisa baca tulis. Ini adalah pengaruh dari memanjakan anak secara berlebihan. Anak selalu dibela sehingga apapun yang dilakukannya mendapatkan pengakuan benar dari orang tuanya. Apakah anak akan gembira berada dalam kondisi tersebut? tentu tidak!

Anak-anak perlu kasih sayang dan perlu pendisiplinan. Menuruti apa saja keinginan mereka sama halnya dengan menjadikan anak liar dan tidak terkendali. Tidak ada kata puas bagi mereka yang terlalu banyak di manja.

Rasa yang selalu tidak puas ini yang akan menghalagi kebahagiaan dan rasa gembira mereka. Bagi anak yang banyak dimanja, kebahagiaan itu bersyarat, yaitu yang sesuai dengan kepuasan hatinya dan sifatnya sesaat.

6. Jauhi Bullying

Pada dasarnya tidak ada seorangpun yang ingin di bully. Bully adalah kebiasaan negatif yang identik dengan perkataan kasar, menyindir, memaki dengan isi yang negatif. Siapapun tidak ingin di bully. Setiap orang ingin terbebas dari bully-an yang menyakitkan hati. Ada efek jangka panjang atas bully-an yang didapat. Seseorang akan menyimpan dendam, kebencian dan sakit karena efek bullying tersebut.

Gemar mem-bully jauh dari perasaan gembira. Kepuasan yang didapat akibat mem-bully orang lain bukan tidak mungkin menyebabkan masalah serius yang lain, yaitu adanya balas dendam, dan hubungan yang buruk dengan orang lain.

Jika ingin gembira, bebaskan diri dari kebiasaan mem-bully. Seorang anak merasa bahagia karena sikap positif yang dia tebar saat sedang berinteraksi bersama teman-temannya. Jauhkan anak dari kebiasaan mem-bully baik secara langsung maupun melalui dunia verbal.

Berikan pengarahan kepada anak bahwa mem-bully bukanlah hal yang baik. Tegur mereka saat Anda mendapati anak-anak membully orang lain, dan berikan tauladan dalam kehidupan sehari-hari bahwa mem-bully bukanlah hal yang baik. Berikan sanksi tegas saat anak melakukan hal itu pada teman-temannya apalagi dengan semena-mena.

7. Berbuat Baik kepada Anak

Anda mungkin biasa mendengar istilah pertahanan diri. Terkadang, seseorang yang pada mulanya sikapnya baik akhirnya berubah tidak baik karena faktor eksternal yang memancingnya. Anak yang gembira biasanya mendapatkan perlakuan yang baik dari orang tuanya. Anak yang setiap harinya mendapatkan perlakuan negatif dari orang tua menyimpan rasa tidak nyaman yang menyebabkan konflik psikis pada dirinya.

Konflik psikis itu tentunya tidak untuk dipendam. Tetapi, untuk dicarikan solusi bagaimana akhirnya batin anak merasa nyaman. Ada banyak bentuk pelarian yang menyebabkan anak mengarah ke arah yang negatif. Berbuat baiklah pada anak, baik dalam bentuk perkataan maupun perbuatan. Apa yang kita lakukan pada anak mempengaruhi psikisnya dan mempengaruhi cara anak nantinya saat berinteraksi dengan orang lain.

Tumbuhkan rasa bahagia pada diri anak sejak di rumah, dan anak-anak akan merasa gembira saat bersama Anda. Nantinya rasa gembira itu akan mereka salurkan saat berinteraksi dengan orang lain secara luas.

8. Kebaikan itu Menular Lho!

Ya, kebaikan dan kegembiraan yang kita miliki saat bersama orang lain akan menular dengan mudah. Dekat dengan orang yang gembira, kita akan merasa gembira. Saat dekat dengan orang yang sedang galau dan banyak keluh kesah, kita akan merasa kesusahan dan banyak pikiran.

Salurkan rasa gembira yang kita rasakan kepada orang lain. Dan, dekatlah dengan pribadi yang sedang bahagia agar kebahagiaan itu menular dan kita pun tidak murung dalam menjalani hari.

9. Baik itu Membuat Anak Merasa Lebih Bahagia

Anak yang mendapatkan perlakuan baik, dan anak-anak yang terbiasa berperilaku baik akan merasa lebih bahagia. Membiasakan anak berlaku baik sejak dini sangatlah penting untuk memastikan mereka bahagia dan diterima dalam setiap interaksi yang dilakukan bersama teman sebayanya.

Gembira adalah syarat menjalani hidup bahagia. Kegembiraan tersebut adalah kemampuan diri yang bisa kita latih dengan membiasakan diri untuk selalu berbuat baik. Perbanyak tersenyum, dan jalani hari dengan penuh rasa syukur. Penentu rasa bahagia atau tidaknya seseorang tergantung dari bagaimana kita mengontrol diri agar selalu merasa bahagia. Dalam keluarga yang bahagia, rumah terasa tenang dan damai.

Baca juga

Ingin Anak Mandiri Sejak Dini? Biasakan 9 Hal Berikut di Rumah!

Iklan