Ingin Anak Mandiri Sejak Dini? Biasakan 9 Hal Berikut di Rumah!

 

Anak Mandiri Sejak Dini-Anak memang bukan sepenuhnya milik kita selaku orang tuanya. Namun pencipta meminjamkannya pada kita. Ini berarti kita sebagai parent memiliki tanggung jawab terhadap tumbuh kembang anak. Salah satunya adalah dalam membentuk anak menjadi pribadi yang mandiri.

Anak mandiri tidak berarti kita sebagai orang tua lantas apatis pada apa saja yang dilakukan anak. Dan, dari pihak anakpun tidak berarti mereka bebas melakukan apapun sebagaimana yang mereka inginkan tanpa adanya kendali.

Anak mandiri tidak berarti anak tersebut liar. Tetapi kita bisa mendefinisikannya sebagai proses dimana anak mencoba fokus pada kemampuannya sendiri, percaya pada usaha yang dilakukannya sendiri, dan mampu mencari jalan keluar entah untuk masalah apapun itu.

Pada dasarnya, mendidik anak mandiri adalah proses dimana Anda menenemani tumbuh kembang anak untuk menjadi pribadi yang dewasa, bukan pribadi yang menggantung dan kekanak-kanakan. Anda sebagai orang tua tentu harus memberikan gambaran real mengenai seperti apa figur adult yang harus ditiru.

Yang jelas, akan ada banyak manfaat yang kita rasakan saat anak-anak mandiri. Diantaranya adalah pekerjaan kita sebagai orang tua akan jauh lebih ringan karena terbantu oleh kemandirian anak, anak-anak memiliki karakter positif dan potensi yang ada di dalam dirinya berkembang lebih maksimal. Anda akan merasa bangga pada anak karena apa yang orang tua kondisikan untuknya tersampaikan secara maksimal. Secara lebih rinci, manfaat karakter anak mandiri diantaranya adalah:

  • Anak-anak paham akan konsep kemandirian sejak dini. Mereka mampu mengambil keputusan dan menimbang mana yang baik dan mana yang kurang patut untuk dilakukan.
  • Konsep kehidupan yang harus ditanamkan sejak dini kepada anak adalah bahwa hidup tidak selamanya berisi kebahagiaan. Ada masanya nanti di dalam kehidupan, anak-anak akan mengalami kegagalan dan hal yang kurang menyenangkan. Saat hal itu terjadi, mereka tau betul apa yang harus mereka lakukan. Mereka akan mencari dukungan, mereka akan sharing kepada Anda untuk mencari jalan keluar, dan mereka bersikap lebih optimis serta terbuka untuk mendapatkan pengarahan yang lebih baik dari Anda.
  • Anak-anak memiliki rasa percaya diri yang tinggi dalam mengambil keputusan dan percaya pada kemampuan diri yang dimiliki.
  • Pengetahuan yang nyata tidak hanya di peroleh dari buku, tetapi dari aksi yang mereka lakukan. Aksi tersebut yang membentuk pengalaman si kecil. Biarkan anak sesekali merasakan secara langsung akibat dari aktivitas yang mereka lakukan. Bukan berarti membiarkan, tapi ini adalah proses dimana anak mengalami sendiri konsekuensi dari aktivitas yang dilakukan.

Anda sedang berupaya agar anak mandiri? Lakukan trik berikut ini untuk mewujudkannnya sejak saat ini juga.

1. Praktik Lebih Banyak agar Lebih Berpengalaman

Learning by doing tampaknya lebih mudah di ingat daripada sekedar teori yang kita berikan kepada anak. Metode ini mencetak pengalaman yang lebih mudah di ingat oleh pelakunya. Tidak hanya anak sebenarnya, remaja dan dewasa pun lebih mudah menyerap pengajaran dalam bentuk pengalaman seperti itu.

Anak-anak bisa mulai mendapatkan pengarahan mengenai praktik hal-hal sederhana sejak dini. Memasuki usia 3 tahun, mereka sudah bisa melakukan hal-hal kecil seperti memakai baju sendiri, memakai sepatu, kaos kaki, menata buku pelajaran, dsb. Seiring dengan bertambahnya usia, anak-anak akan semakin terasah kemandiriannya.

Study membuktikan bahwa, saat Anda sebagai orang tua kontinyu dalam memberikan tugas kepada anak terkait dengan kemandiriannya, banyak pengaruh positif dari pembiasaan tersebut kepada anak, mulai dari sosial, profesional, akademik, dan dari segi emosionalnya.  Manfaat anak mandiri sejak dini adalah, anak-anak akan tumbuh menjadi pribadi yang lebih percaya diri, lebih bertanggung jawab dan yang pasti menjadi pribadi yang lebih baik lagi.

Adapun hal penting yang perlu di ingat adalah, selalu dukung anak agar terlibat dalam kegiatan yang sesuai dengan porsi usianya. Usahakan untuk tidak membanding-bandingkan antara si kecil dengan anak-anak lain seusianya yang mungkin bisa melakukan hal tersebut dengan lebih baik lagi. Jika menemui anak yang kesulitan dalam melakukan pekerjaannya, hindari memberikan kritik dan penilaian dan sebisa mungkin bersabarlah. Atau, arahkan anak untuk melakukan aktivitas lain yang berbeda.

Lalu bagaimana jika anak menolak melakukan tugas yang Anda berikan dan meminta melakukan tugas lain yang menurut Anda tugas tersebut belum waktunya untuk dilakukan anak-anak? Anda bisa mengabulkan pekerjaan yang dimintanya dan sampaikan kepada si kecil bahwa Anda akan membantu anak menyelesaikan tugas itu jika mereka membutuhkannya.

2. Mainan dalam Jumlah yang Terbatas

Memberikan mainan dalam jumlah yang terbatas membantu tingkatkan kreativitas anak. Ya, anak-anak yang secara fasilitas lebih terbatas dibandingkan anak atau teman-teman yang lain akan lebih kreatif. Kreativitas tersebut bermanfaat bagi masa depan anak nantinya khususnya untuk mencari jalan keluar atas masalahnya, baik itu secara sosial, akademik, maupun emosionalnya.

Anak-anak yang mendapatkan cukup banyak fasilitas seperti mainan dalam jumlah yang tidak terbatas cenderung lebih menggantungkan diri kepada orang tuanya.

Apakah saat ini anak Anda memiliki cukup banyak mainan? Memiliki anak mandiri seperti yang Anda harapkan salah satunya adalah dengan membatasi mainan yang dimiliki anak dengan cara berikut:

  • Ajak anak untuk mendonasikan mainannya kepada anak-anak yang kurang beruntung.
  • Berikan anak kesempatan untuk memilih mana saja dari sekian banyak mainan itu yang paling sering digunakan. Untuk mainan yang jarang di pakai, bisa segera digudangkan.
  • Dari sekian banyak mainan, mungkin ada yang rusak. Minta anak untuk menyeleksi mana mainan yang rusak itu dan gudangkan.
  • Bahkan, Anda bisa meminta anak untuk mendonasikan mainan favoritnya dengan kesadarannya sendiri sehingga rasa kepemilikan anak atas benda-benda yang sifatnya hiburan seperti itu sedikit berkurang.

3. Buat Target dan Pahamkan Anak atas Target Tersebut

Anak mandiri adalah hasil didikan dari orang tua yang merancang goal yang jelas dan masuk akal bagi anak. Tipikal orang tua yang otoriter tidak memberikan kebebasan kepada anak dalam memilih apa yang mereka inginkan. Sebaliknya, tipikal orang tua yang permisif selalu membiarkan anak-anaknya melakukan apapun sehingga anak tumbuh menjadi pribadi yang tidak bisa dikendalikan.

Tidak masalah jika parent memiliki harapan yang tinggi terhadap anak. Terkadang mungkin harapan itu lebih tinggi dari gurunya, dan mungkin parent akan merasa sedikit kecewa saat teacher-nya di sekolah tidak memberikan rangsangan yang maksimal.

Kontrol Parent kepada anak melebihi siapapun, termasuk gurunya. Cobalah untuk membuat target yang realistic yang sesuai dengan perkembangan usia anak. Amati bagaimana respon anak atas harapan yang Anda sampaikan itu dan buat goal yang lebih tinggi lagi saat anak telah selesai melampaui goal sebelumnya.

Harapan yang disampaikan secara bertahap dan dengan mengamati kapasitas fisik, psikis dan emosial anak jauh lebih efektif. Anak berkesempatan mewujudkan goal yang di setting itu tanpa merasa terbebani, atau terlalu mudah untuk melakukannya.

4. Berikan Tanggung Jawab kepada Anak

Memberikan tanggung jawab kepada anak bukan berarti Anda selaku orang tua melibatkan si kecil dalam keputusan-keputusan rumah tangga yang besar. Sebut saja pengambilan keputusan mengenani manajemen keuangan keluarga, dsb.

Anda bisa mengajari anak mandiri dengan memberikan tanggung jawab kepada mereka mengenai hal-hal simpel yang seharusnya mereka lakukan, seperti menyiapkan isi tasnya sebelum berangkat ke sekolah. Membersihkan piring setelah makan siang, membuang sampah snack-nya di rancang sampah, dan sebagainya.

Seiring berjalannya waktu, Anda bisa memberikan tanggung jawab yang lebih besar kepada anak sesuai dengan usia dan kapasitas mereka. Peka terhadap perkembangan kapasitas fisik, psikis dan emosional anak sangat penting mengingat ini berhubungan dengan pemberian tanggung jawab yang Anda berikan kepada mereka.

5. Sebisa Mungkin Hindari Tahan Keinginan untuk Intervensi

Seringkali orang tua meng-intervensi aktivitas yang dilakukan anak padahal si kecil sedang dalam kondisi mampu menyelesaikan pekerjaannya sendiri. Langkah ini biasanya kita ambil saat anak-anak melakukan kesalahan atau saat si kecil memerlukan waktu untuk menyelesaikan tugasnya lebih lama dibandingkan standar pada umumnya.

Hindari keinginan untuk ingin segera ambil bagian dalam aktivitas tersebut. Selain itu, hindari kebiasaan untuk ingin segera mengakhiri aktivitas tersebut dengan mengatakan bahwa itu adalah hal yang mudah untuk dilakukan. Tampaknya lebih baik bagi kita selaku orang tua untuk  memberikan solusi saat anak benar-benar membutuhkan dibandingkan ikut campur atau ingin terlibat lebih jauh lagi pada aktivitas yang dilakukan anak-anak.

6. Berikan Pilihan yang Terbatas

Anak mandiri salah satu kriterianya adalah sigap dalam mengambil keputusan. Metode yang bisa Anda lakukan adalah dengan memberikan pilihan kepada anak namun dengan jumlah pilihan yang terbatas.

Misalkan saat Anda dan si kecil sedang berada di restoran, Anda bisa sodorkan menu minuman pada anak dan membatasi dua atau tiga pilihan saja. Memberikan cukup banyak pilihan membuat anak kesulitan dalam memutuskan mana kiranya pilihan yang diinginkan sehingga membuat anak semakin kebingungan.

7. Biarkan Anak Menyelesaikan Tugas Pada Waktu yang Diinginkannya

Sebagai orang tua, semakin cepat anak menyelesaikan tugasnya, semakin baik dan semakin tenanglah kita. Namun anak mungkin akan melakukan negosiasi terkait waktu pengerjaannya. Mungkin mereka akan mengerjakan PR-nya setelah bermain bola, atau setelah istirahat siang. Selama anak-anak menepati janjinya dan tetap dalam batas waktu yang masuk akal, tidak ada yang perlu dikhawatirkan sepertinya.

8. Miliki Rasa Empathy Terhadap Anak

Anak mandiri butuh proses. Membentuk karakter anak mandiri tidak semudah membalikkan telapak tangan. Saat proses berlangsung, ada kalanya anak-anak gagal. Bukan respon yang bijak jika kita meresponnya dengan cara memaki apalagi membuat spiritnya semakin down. Berempati pada setiap proses kemandirian anak dan bantu mereka untuk mengatasi problem yang sedang dihadapi tanpa harus melakukan justifikasi kepada yang bersangkutan.

9. Tidak Perlu Mengingat-ingat Kegagalan

Kegagalan adalah sesuatu yang wajar. Apalagi dalam proses pembentukan karakter anak mandiri seperti yang kita harapkan. Tidak perlu mengingat-ingat masa lalu yang suram. Lupakan kesalahan dan kekalahan yang pernah dialami anak. Jangan kaitkan apapun yang ada saat ini dengan kegagalan yang mereka alami dulu. Lupakan kekalahan itu dan dukung anak agar selalu optimis.

Karakter anak mandiri tidak didapatkan secara instan. Banyak usaha yang harus kita lakukan sebagai orang tua agar karakter anak yang demikian bisa terwujud. Lakukan tips mudah di atas sembari menemani tumbuh kembang anak hingga mereka mandiri secara fisik, emosional, mental, sosial.

Baca juga

Ini 10 Cara Mudah Ajarkan Kebaikan pada Anak Sejak Dini

Iklan